Arisan Jagung dan Gotong Royong Menanam Jagung Lestari
LAMPUNG – Musim hujan telah tiba di wilayah Lampung menjadi sebuah berkah tersendiri bagi para petani penanam komoditas pertanian di antaranya padi, jagung serta tanaman hortikultura lainnya berupa kacang tanah, kacang panjang serta berbagai jenis tanaman sayuran.
Bagi Hariri (69) warga Desa Banjarmasin Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan sejak bulan September dirinya sudah melakukan proses penanaman jagung diawali dengan pembersihan lahan yang dikenal dengan perun.
Proses pemerunan menggunakan pola pembakaran lahan, penyemprotan menggunakan herbisida atau pemusnah rumput tanpa melakukan pengolahan lahan menggunakan cangkul atau bajak melainkan hanya menggunakan alat berupa kayu yang diruncingi atau dikenal dengan mando atau tugal.
“Pola penanaman jagung dengan sistem najuk kami lakukan karena penanaman dilakukan di lahan yang baru dibuka tanpa harus diolah menggunakan bajak atau cangkul karena kondisi tanahnya masih subur,” terang Hariri, salah satu petani jagung saat ditemui Cendana News di lahan jagung miliknya di Desa Banjarmasin Kecamatan Penengahan, Jumat (20/10/2017).
Sistem pembuatan lubang untuk meletakkan benih jagung dilakukan dengan istilah najuk diakui kerap dilakukan juga dengan sistem koakmenggunakan cangkul menyesuaikan kondisi tanah yang terkadang keras dan berbatu. Pada lahan yang luas, proses penanaman jagung kerap dilakukan puluhan penanam jagung. Oleh warga di Banjarmasin dikenal dengan upahan menanam jagung. Saat ini dengan upah sekitar Rp50.000 bagi tukang tanam benih atau “wur” sementara tukang najuk diberi upah Rp60.000 sekali tanam dengan sistem harian.