Es Pocong di Kota Depok Laris Manis
Untuk mendukung suasana saat pembeli menikmati hidangan dengan menu-menu gunakan nama makhluk halus, tata ruang di tempat baru dibuat jauh dari kesan mengerikan dengan pilihan warna hitam, goresan hitam-putih, kotak hitam-putih pada dinding-dindingnya, serta penerangan yang memadai.
Ini jauh berbeda saat warung berada di seberang jalan sebelumnya, di mana pilihan warna cat, lighting, dan aksesoris di sekelilingnya juga disesuaikan dengan konsep horor. Dindingnya dicat merah di bagian atas hingga setengah tembok, sisanya warna hitam. Di sekeliling tembok dipasang topeng-topeng Panthom, bahkan kedua tiang gerobak di dalam warung dulu juga ditempeli dengan pocong mini.
Sementara untuk lighting, saat itu menggunakan bohlam berwarna kuning yang tak terlampau terang untuk menciptakan efek remang-remang mengerikan.
Konsep warung bernuansa horor di tempat lama, mulai dari nama warung, nama menu, tata ruang hingga aksesorisnya tersebut, merupakan buah kreasi Rahmat Ramadhani bersama dua saudaranya yang diajaknya untuk membuat usaha bersama. Rahmat pun menjual sepeda milik anaknya yang dihargai Rp. 250.000 untuk modal usaha.
Seiring waktu, sejak awal mula berdiri pada pertengahan 2006 kemudian berkembang pesat. Warung Es Pocong memiliki usaha di 30 titik operasional dengan jumlah karyawan 26 orang. 14 karyawan bekerja di Kober dan lainnya disebar di sejumlah bazar.
Operasional Warung Es Pocong yang tersebar di sejumlah titik itu hanya sempat berjalan sekira satu tahun. Sehingga kemudian usaha kuliner lebih difokuskan pada Warung Es Pocong di Kober.
Es Pocong Reborn, Memulai dari Awal
Rahmat Ramadhani mengaku usaha kuliner Warung Es Pocong sempat tutup pada Juni 2015. Suami dari Irma Faizah itu, kemudian banting stir, melakoni jasa ojek online, mulai dari Gojek, Uber, hingga Deliveree (usaha paket online barang milik negara Thailand).