Wacana Full Day School di Mata Guru Sekolah Swasta
SEMARANG — Wacana full day school atau 5 hari sekolah mendapat banyak tanggapan dari para guru selaku pelaksana kebijakan pendidikan. Tanggapan tersebut sebagian besar setuju akan tujuan sekolah 5 hari, namun tidak setuju dengan penerapan kebijakan yang terlalu teburu-buru tanpa melihat kondisi sekolah-sekolah yang tersebar di Indonesia.
Muhammad Hambali, Waka Kurikulum SD Islam Hidayatullah Semarang, mengatakan sebaiknya kebijakan dari pemerintah pusat khususnya kementerian pendidikan itu harus menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Menurutnya, setiap daerah dan bahkan setiap sekolah yang ada di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
“Sebelum adanya permendikbud tentang 5 hari sekolah, sekolah kami, SD Islam Hidayatullah, sudah sejak tahun 2009 sudah menerapkan 5 hari sekolah. Hal ini karena melihat karakteristik dari murid dan keluarga murid yang sekolah di tempat kami,” ujar Hambali.
Hambali mengaku, hampir semua orangtua murid di SD Islam Hidayatullah merupakan kalangan menengah ke atas yang bekerja hingga sore hari dan libur kerja pada hari sabtu dan minggu. Karena itu, menurut Hambali sekolah menyesuaikan dengan kondisi tersebut, supaya siswa di sekolahnya bisa memiliki waktu yang banyak bersama keluarga saat hari Sabtu dan Minggu.
“Kebutuhan interkasi dengan orang tua harus diperbanyak karena interaksi di dalam keluarga juga merupakan unsur yang penting dalam membentuk karakater anak.” Imbuhnya.
Terkait masalah kebijakan 5 hari sekolah yang mengharuskan siswa pualng sekolah saat sore hari, dirinya kurang setuju kalau itu diterapkan untuk semua sekolah yang ada di Indonesia. Menurutnya, kondisi sekolah tidak semuanya sama dengan sekolah tempatnya mengajar.