Sejumlah Usaha Mebel Alami Penurunan Pesanan Jelang Tahun Ajaran Baru Sekolah
Selain pesanan dari sekolah jelang tahun ajaran baru yang diakuinya turun dari segi jumlah ia menyebut terbantu dengan adanya pesanan selama Ramadan oleh masyarakat yang berniat membuat perabotan rumah tangga seperti meja dan kursi untuk lebaran dengan nilai dari Rp4 juta hingga Rp6 juta.
Selain itu pesanan pembuatan kusen pintu,jendela dan lemari dari masyarakat yang memesan secara satuan masih tetap dilayaninya dan membuat usaha meubelernya berjalan sejak delapan tahun lalu.
Senada dengan Polo, pemilik usaha pembuatan meubel di Desa Kekiling Kecamatan Penengahan bernama Sarnata (42) juga merasakan hal yang sama terkait minimnya pesanan dan sepinya proyek mebel sekolah pada tahun ajaran baru 2017/2018.
Sarnata mengakui mengalami penurunan pesanan sekitar 50 persen dari tahun sebelumnya bisa mengerjakan 300 unit mebel dengan nilai mencapai puluhan juta kini hanya 150 unit yang dikerjakannya berupa lemari buku dan juga meja, kursi belajar.
“Pesanan memang berkurang dan jikapun ada sifatnya hanya sulaman atau mengganti bangku dan meja yang sudah rusak tidak mengganti seluruhnya meski lumayan untuk pekerjaan para karyawan,” terang Sarnata.
Sistem pesanan dengan nilai di atas Rp10 juta tersebut diakuinya menyesuaikan jenis kayu, model dan ukuran dan khusus untuk mebel sekolah ia menyebut model yang dibuat tidak terlalu rumit dan justru seragam sehingga mudah dikerjakan. Bahan baku dari kayu jenis sengon dan jati ambon diakuinya menjadi pilihan beberapa sekolah yang memesan mebel sekolah padanya.
Meski mengalami penurunan pesanan pada meubeler sekolah Sarnata yang memiliki usaha di tepi jalan nasional tersebut mengaku mendapat pesanan kusen pintu,jendela dan perabotan lain dari warga yang terimbas proyek Jalan Tol Trans Sumatera yang banyak membangun rumah baru. Sebanyak 10 karyawannya bahkan dibagi dalam dua tugas mengerjakan pesanan warga yang terkena proyek tol dan sebagian mengerjakan mebel sekolah.