Pengerukan Alur Masuk Kapal Nelayan Tunggu Penyelesaian Dermaga VII

LAMPUNG — Sejumlah nelayan tradisional di Dusun Muara Piluk Desa Bakauheni mengadukan persoalan pendangkalan dermaga sandar untuk perahu mereka kepada camat Bakauheni, Zaidan.

Menurut Tahang, salah satu nelayan dan sekaligus kepala Dusun Muara Piluk, persoalan pendangkalan dermaga sebagai alur masuk dan keluar perahu sekaligus area tambat sudah terjadi hampir setahun terakhir bersamaan dengan proses pembangunan dermaga VII.

Tahang bahkan mengaku sudah mengadukan persoalan tersebut kepada pelaksana pembangunan dermaga VII ,meski belum ada tanggapan. Persoalan tersebut bahkan telah dibahas bersama pihak terkait, di antaranya pihak Kecamatan Bakauheni, meski keputusan untuk pendalaman area tambat belum bisa dipastikan kapan akan dilakukan karena harus menunggu proses selesainya pembangunan dermaga VII Pelabuhan Bakauheni.

Tahang,nelayan sekaligus kepala dusun Muara Piluk berdiri dengan latar belakang dermaga yang dangkal [Foto: Henk Widi]
“Pada tahap awal pembangunan dermaga tujuh kami sudah mendatangi pihak PT ASDP untuk meminta alur masuk dan keluar serta area tambat kapal, namun seiring berjalannya waktu alur masuk dan keluar tertimbun longsoran material dan semakin dangkal terutama saat air laut surut,” ungkap Tahang kepada Cendana News, Selasa  (11/7/2017)

Tahang bahkan menyebut beberapa nelayan pemilik kapal ketinting dengan bobot 2 hingga 4 ton yang bersandar mengalami kesulitan olah gerak saat surut air laut akibat pendangkalan tersebut.

Camat Kecamatan Bakauheni, Zaidan yang langsung meninjau lokasi pendangkalan alur keluar dan masuk serta area sandar kapal nelayan Dusun Muara Piluk Bakauheni menyebut persoalan tersebut sudah lama disampaikan warga kepadanya. Meski demikian ia menyebut masih akan berkoordinasi dengan pihak PT PP dan PT ASDP terkait kesulitan yang dikeluhkan warganya.

Lihat juga...