Lalat Buah Mulai Resahkan Petani di Lampung

Pada masa tanam sebelumnya tanpa ada serangan hama lalat buah, ia mengaku pernah mendapatkan hasil sebanyak 25 kuintal, dengan lahan seluas setengah hektar.

Ponijan mengatakan lagi, serangan hama lalat buah tersebut justru terjadi saat buah cabai masih berwarna hijau dan kemudian mulai menguning dan rontok. Meski telah menggunakan lem perangkap buah cabai menggunakan botol yang dipasang pada beberapa tonggak bambu, namun hama lalat buah masih menyerang.

“Saya terpaksa menggunakan insektisida kimia jenis curacron dicampur dengan metindo untuk mengatasi serangan lalat buah pada tanaman cabai yang saya tanam”, terang Ponijan.

Produktivitas tanaman cabai yang dipastikan menurun tersebut, dengan asumsi rata-rata per batang mengalami penurunan produksi sekitar dua kilogram, ia mengakui masih bisa mendapatkan hasil sekitar 15 hingga 20 kuintal cabai merah senilai Rp30 juta, dengan asumsi harga per kilogram Rp15 ribu. Ia mengaku menanam cabai membutuhkan modal cukup besar dan penuh resiko, saat harga anjlok dan bisa mengalami keuntungan jika harga tinggi.

Sebagai solusi dan cara mengurangi kerugian lebih besar, Ponijan yang menjadi petani mitra binaan sebuah bank dengan sistem cluster tersebut mengaku menanam jenis tanaman lain, di antaranya terong, buncis dan kacang panjang.

“Sebagai petani memang harus kreatif, agar tidak merugi jadi saat jenis tanaman lain kurang menghasilkan saya masih bisa menutupi biaya operasional dari tanaman hortikultura lainnya”, terang Ponijan.

Selain melakukan upaya penanganan sendiri, Ponijan juga aktif berkonsultasi dengan penyuluh pertanian, pendamping dari pihak bank pemberi pinjaman dan dengan sesama petani cabai. Konsultasi tersebut di antaranya bisa memberikannya solusi cara mengatasi berbagai hama pada tanaman cabai yang mengurangi hasil produksi tanaman bumbu tersebut.

Lihat juga...