“Akhirnya koperasi kecil hanya menjadi kumpulan lidi-lidi kecil yang sulit menguat. Semangat dan mental enterprenuership anggotanya pun menjadi hilang karena tidak mendapat kepercayaan,” katanya.
Mantan Dosen Ekonomi Universitas Kristen Atrha Wacana (Unkris) Kupang ini mengatakan, untuk menuju ke sana (menciptakan enterpreuner) memang banyak kendala, di antaranya modal dan pangsa pasar. Namun, bila memiliki niat dan tekad yang kokoh, pasti ada jalan keluar.
“Banyak yang mengeluhkan sulitnya akses permodalan dari perbankan untuk pelaku ekonomi kreatif, termasuk Koperasi dan usaha kecil menengah lainnya,” katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan perbankan kesulitan menentukan nilai bisnis dan menghitung jaminan serta mengukur jumlah kemampuan pengembalian pinjaman. “Untuk itu, dibutuhkan dukungan pemerintah, pemerintah daerah, maupun wakil rakyat untuk mendorong lembaga penjamin kredit (LPK), agar memperkuat perekonomian masyarakat menengah ke bawah yang terhimpun dalam koperasi kecil.
“Perbankan juga harusnya melirik pelaku-pelaku usaha dalam koperasi sebagai investasi selain melayani nasabah perorangan,” katanya, menambahkan. (Ant)