Kebutuhan Bahan Bangunan Tinggi, Peluang Usaha Buruh Batu

Pekerjaan memecah batu menurut Sohadi sudah dilakoninya sejak empat tahun lalu sementara untuk pemecahan batu dari hasil proses pembersihan lahan JTTS di wilayah Bakauheni baru dijalaninya selama hampir satu tahun terakhir.

Upah sebesar Rp30 ribu yang diterimanya tersebut merupakan hasil yang diperoleh dari sang bosa pemilik batu yang menjual batu tersebut dengan harga berkisar Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kubik untuk berbagai keperluan masyarakat.

Paska proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menurut salah satu pemecah batu lain, Masturi (34) warga Desa Sukabaru Kecamatan Penengahan permintaan akan batu sebagai bahan bangunan meningkat tajam.

Beberapa faktor peningkatan permintaan batu tersebut diantaranya banyak masyarakat terdampak JTTS yang lahan,bangunan dan tanam tumbuhnya tergusur tol akibatnya kebutuhan akan batu meningkat.

“Dalam sehari kami melayani permintaan akan batu belah hampir enam hingga sepuluh kendaraan untuk kebutuhan perumahan warga dan puluhan kendaraan untuk proyek infrastruktur desa,” terang Masturi.

Menurut Masturi seiring pencairan anggaran Dana Desa di sejumlah desa di Lampung Selatan kebutuhan batu untuk pembangunan tembok penahan tanah (TPT) atau talud rata rata membutuhkan puluhan kubik batu ditambah pembuatan gorong gorong dan jembatan.

Proses peningkatan status jalan dari jalan tanah menjadi jalan onderlagh pun diakuinya membutuhkan batu yang cukup banyak dengan memberi keuntungan secara ekonomi bagi pengusaha batu.

Meski sebagai buruh kasar untuk pemecahan batu tersebut ia menyebut mata pencaharian tersebut memberinya sumber pendapatan dan menambah ekonomi keluarganya semenjak permintaan akan batu meningkat.

Lihat juga...