SABTU, 15 APRIL 2017
MALANG — Kurangnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini para petani, rupanya masih menjadi kendala utama di bidang pertanian khususnya dalam pengembangan pertanian organik. Padahal jika permasalahan SDM ini bisa segera teratasi, maka pertanian organik akan semakin berkembang dan tentunya para petani akan lebih sejahtera karena harga produk pertanian organik lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensonal.
![]() |
Hari Soejanto di kebun organiknya. |
“Saat ini yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan pertanian organik bukan masalah teknik dan sebagainya, tapi masalahnya lebih kepada kurangnya ketersedian SDM yang memiliki keahlian yang mumpuni,” jelas seorang petani organik, Hari Soejanto Cendana News saat ditemui di rumahnya di Jalan Rajawali, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Menurutnya para petani kebanyakan tidak mau direpotkan dengan proses pasca panen. Padahal jika bergelut di pertanian organik, proses yang penting tidak hanya pada saat budidayanya saja tetapi juga proses pasca panennya.
Untuk bisa masuk ke pasar organik kuncinya adalah kontinyuitas, kuantitas dan kualitas. Jadi mulai dari proses budidaya sudah harus benar-benar termanajemen, hingga sampai ke pasca panen dan pasarnya, dan semua itu bergantung pada SDM-nya.
Petani desa yang rata-rata masih menggunkan pertanian cara konvensional, mereka tidak terbiasa masuk di pasar modern yang lebih mengutamakan kualitas. Oleh karena itu mereka akan merasa kerepotan saat dihadapkan pada pasca panen yang didalamnya terdapat proses pembersihan, Sortasi dan Grading, Trimming dan pengemasan. Belum lagi karakter petani-petani sekarang berbeda dengan petani dulu.