Secuil Kisah Masa Kecil Pak Harto di Dusun Kemusuk Bantul

RABU, 1 FEBRUARI 2017

BANTUL — Sebagai salah satu tokoh besar yang dimiliki Indonesia, sosok Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto atau biasa disebut Pak Harto, memang begitu lekat dalam benak masyarakat di seluruh tanah air. Meski begitu, tak banyak catatan sejarah yang menggambarkan kehidupan Pak Harto di masa kecil.

Patung Soeharto Ngguyang Kebo di kompleks depan museum.

Satu-satunya tempat yang masih menyisakan secuil cerita masa kecil Pak Harto, boleh jadi hanya bisa ditemukan di Dusun Kemusuk Lor, Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di dusun kecil dengan banyak kompleks persawahan inilah, Pak Harto dilahirkan dan menjalani hidupnya semasa kecil di tengah keluarga petani.

Di sebelah utara jalan Dusun Kemusuk ini, berdiri kompleks bangunan megah, Museum Memorial Soeharto. Kompleks ini merupakan bekas rumah atau tempat tinggal Pak Harto semasa kecil. Didirikan 8 Juni 2013 oleh adik kandung Pak Harto, Probosutedjo, di atas lahan seluas 3620 meter persegi, Museum Memorial Soeharto ini terdiri dari sejumlah bangunan utama. Seluruhnya merupakan bekas rumah keluarga besar Pak Harto yang telah direnovasi.

Sejumlah bangunan itu adalah pendopo berbentuk joglo, ruang pamer yang diberi nama Gedung Atmosudiro di sebelah barat pendopo, serta Gedung Notosudiro di sebelah utara pendopo. Gedung Atmosudiro sendiri merupakan bekas rumah kakek Pak Harto yang bernama Atmosudiro. Sementara Gedung Notosudiro merupakan bekas rumah kakek buyut Pak Harto yang bernama Notosudiro.

Sumur tua yang telah ada sejak sebelum Pak Harto lahir.

“Pak Harto dilahirkan pada 8 Juni 1921 silam. Ibunya bernama Sukirah. Bapaknya bernama Kertosudiro. Kakeknya dari garis ibu bernama Atmosudiro dan kakek buyutnya bernama Notosudiro. Mereka merupakan keluarga petani,” ujar Wakil Kepala Museum Memorial Suharto, Gatot Nugroho, kepada Cendana News, Rabu (1/2/2017).

Lihat juga...