Iseng Usaha Mengisi Waktu, Pemuda ini Hasilkan Omset 15 Juta per Bulan

Gapit Batik

Seiring berkembangnya usahanya, warga  jalan Wagal RT 4 RW 1 Wonolopo, Tasikmadu, Karanganyar  itu juga berkerasi menambah  dagangannya. Tidak hanya Gapit,  tapi juga membuat dan memasarkan Kripik, Walangan, dan Wingko Babat.  Yang jauh membanggakan dari usaha Gapit ini adalah, kini memberi manfaat bagi warga di sekitarnya.

 “Ada beberapa tetangga yang sebelumnya menganggur kita ajak agar membantu membuat Gapit di rumah. Awalnya hanya satu, atau dua orang. Sekarang sudah  lebih dari tiga orang yang membantu,” tandasnya.

Dijelaskan Angga, Gapit  merupakan sejenis makanan ringan yang terbuat dari adonan ketan dan santan kelapa. Adonan itu selanjutnya diberi bumbu dan dibentuk bulat. Untuk bisa menjadi tipis, adonan  itu dimasukkan ke alat cetak berupa press dengan motif batik.

“Sebenarnya tidak susah membuat Gapit, yang penting adalah kompesisi bumbunya yang pas, yang membuat menarik,” ungkap dia.

Diceritakan Angga, makanan itu disebut Gapit karena diambil dari istilah orang Jawa, gawene dicepit (cara pembuatannya dipress dengan alat cetak).  Ada berbagai varian rasa, namun yang banyak dicari pelanggan adanya rasa manis dan asin.

“Rasanya Gapit itu sebenarnya gurih manis. Di sini ada 2 varian Gapit, yakni yang bahan ketan dan ketela ungu. Yang ketela ungu lebih laris tapi proses membuatannya butuh kesabaran karena lengket,” tambahnya.

Dalam membuat Gapit ungu, ia mengaku terkendala dengan bahan baku. Selain susahnya mencari ketela ungu untuk bahan Gapit Ungu, kendala usaha lainnya adalah jika musim penghujan wisata di Sondokoro menjadi sepi. Akibatnya penjualan pun menurun.

Lihat juga...