Meski Turun, Harga Cabai di Lampung Masih Dirasa Memberatkan

SENIN, 16 JANUARI 2017

LAMPUNG — Harga cabai jenis cabai rawit yang sempat melonjak di sejumlah pasar tradisional di Provinsi Lampung dalam beberapa pekan kemarin, kini mulai berangsur turun. Di pasar tradisional Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan, harga cabai rawit yang sempat menembus angka Rp. 120.000 per kilogram, kini mulai turun menjadi Rp. 60-70.000 perkilogram.
Pedagang cabe di Pasuruan, Lampung.
Salah-satu pedagang di pasar tradisional Pasuruan, Umi (34), ditemui Senin (16/1/2017), mengatakan, penuruan harga tersebut disebabkan pasokan yang telah kembali normal, terutama dari para petani di lahan pertanian sekitar Gunung Rajabasa. Menurutnya pula, tingginya harga cabai rawit beberapa hari kemarin sebenarnya tidak bertahan lama. Pasalnya, para petani cabai di wilayah Desa Merambung, Desa Way Kalam, dengan cepat merespon kenaikan harga tersebut dengan menjual cabai rawitnya ke sejumlah pedagang, sehingga stok cabai rawit melimpah dan para pedagang pun terpaksa menurunkan harga.
“Pekan kemarin memang sempat mahal dan langsung dimanfaatkan oleh petani untuk menjual cabai rawit yang ada di kebun karena mumpung mahal. Tapi, imbasnya stok melimpah dan mau tak mau harga turun, karena stok cukup banyak dan kalau dijual mahal justru malah banyak yang tidak beli,” terang Umi.
Umi menjelaskan lagi, mahalnya harga cabai rawit lebih disebabkan karena pasokan yang terlambat dan gencarnya pemberitaan dan media sosial yang membahas kenaikan harga cabai rawit. Beberapa tempat di Lampung, bahkan menjual cabai rawit dengan harga yang mahal, meski akhirnya kembali turun seperti harga normal. Cuaca ekstrim dan kegagalan panen cabai rawit, diduga juga menjadi penyebab mahalnya harga cabai rawit, meski pilihan cabai merah besar dan cabai merah keriting masih tersedia.
Sementara itu, harga cabai jenis lain pun ikut turun seiring dengan mulai normalnya pasokan ke sejumlah pasar tradisional. Hal tersebut diungkapkan Ujang (45), penjual sayur dan buah di pasar tradisional Pasuruan. Ia mengatakan, harga cabe merah beberapa pekan sebelumnya mencapai Rp. 125.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp. 115. 000 per kilogram. Sementara untuk harga cabai merah keriting yang semula Rp. 60.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp. 50.000 per kilogram.
Meski sudah mulai, turun namun bagi para konsumen dan pedagang harga tersebut masih dirasa mahal dari harga normal. Pasalnya, pada saat harga normal harga cabai merah keriting hanya Rp. 30.000 per kilogram, sementara harga cabai rawit hanya Rp. 5.000 per kilogram. Murahnya harga cabai tersebut, di antaranya karena faktor keberadaan bumbu pelengkap lain yang memiliki rasa pedas selain cabai, seperti merica serta cabai jamu yang banyak terdapat di Lampung. Cabai jenis tersebut banyak digunakan untuk bumbu pengganti cabai yang harganya mulai mahal dan banyak digunakan para pemilik usaha rumah makan untuk menambah cita rasa.
Selain didatangkan dari Jawa, pasokan cabai di wilayah Kabupaten Lampung Selatan selama ini juga didatangkan dari para petani lokal seperti dari wilayah Sragi. Selain itu, juga dari kabupaten lain di Lampung sebagai pusat pertanian, diantaranya Kabupaten Lampung Barat serta dari Gisting, Kabupaten Tanggamus. Sebagian masyarakat mengungkapkan, penurunan harga cabai tersebut cukup membantu, karena kenaikan harga cabai ikut memberatkan masyarakat.
“Kenaikan harga cabai pada awal tahun bersamaan dengan akan masuk sekolah dan kebutuhan akan peralatan sekolah juga harus kami penuhi, sehingga kami sebagai kaum ibu rumah tangga yang mengalami imbas langsung,” ungkap Aini, salah-satu pembeli di pasar tradisional Pasuruan.

Jurnalis : Henk Widi / Editor : Koko Triarko / Foto : Henk Widi

Lihat juga...