Damandiri Memanfaatkan Mini Komposter Topang Kebun Bergizi

SENIN 16 JANUARI 2017

JAKARTA — Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Selain mengembangkan industri kreatif berupa daur ulang melalui Bank Sampah, Posdaya Kenanga Setu, RW05, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung , Jakarta Timur binaan Yayasan Damandiri mensinergikan inisiatif pengembangan maupun pengadaan Mini Komposter sebagai penopang kelangsungan Kebun Bergizi.
Contoh unit Mini Komposter.
Mini Komposter adalah tabung pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos secara sederhana. Sampah organik rumah tangga dikumpulkan oleh petugas kebersihan, lalu oleh petugas Bank Sampah Posdaya Kenanga Setu diolah menggunakan Mini Komposter. Kulit buah-buahan, sisa sayuran segar, daun-daun kering dan beragam sampah organik lainnya dicacah secara tradisional lalu dimasukkan ke dalam Mini Komposter.
“ Cara ini sebenarnya konvensional, butuh proses transformasi kurang lebih satu bulan bagi sampah organik menjadi pupuk kompos. Untuk mempercepat pembusukan sekaligus meminimalisir aroma tidak sedap dari sampah, kami campur sampah dengan bakteri cair Escherichia Coli,”tutur Ba’ih, Ketua RT05, sekaligus tenaga ahli Posdaya untuk komposter, mantan petugas pembibitan tumbuhan di Taman Mini IndonesiaIndah (TMII) kepada Cendana News, Jumat (13/01/2017).
Ada dua hasil Mini Komposter, pertama pupuk kompos dalam bentuk serbuk pupuk pada umumnya dan pupuk kompos cair. Biasanya kompos cair bisa langsung diambil dengan membuka kran air di bawah tabung MiniKomposter yang memang sudah dirancang sedemikian rupa. Pupuk cair akan disemprotkan ke semua tanaman di Kebun Bergizi Posdaya Kenanga Setu berikut tanaman-tanaman toga (obat) di rumah warga.
Untuk pupuk kompos bertekstur digunakan sebagai bahan campuran saat menggemburkan tanah. Sirkulasi pemberian pupuk kompos menggunakan Mini Komposter terus dilakukan secara rutin oleh pengurus Posdaya Kenanga Setu dibantu warga sebagai kader sukarelawan Posdaya. Kendalanya sekarang, pembelian bakteri cair membutuhkan biaya juga.
“Untuk kebutuhan tersebut, kami gunakan Kas Bank Sampah yang berasal dari sumbangan sukarela hasil penjualan produk industri daur ulang, ditambah donasi pengurus juga,” imbuh Akustika Widiastuti, Ketua Posdaya Kenanga Setu, melengkapi penuturan Ba’ih.
Akan tetapi bukan itu saja tantangan program Mini Komposter Posdaya Kenanga Setu, perlu penambahan unit Mini Komposter. Tujuannya adalah menjaga perputaran produksi pupuk agar kontiniu. Jika ada minimal tiga unit, pengurus yakin produksi sekaligus pemanfaatan pupuk kompos akan lebih teratur. Unit Mini Komposter yang ada sekarang pemberian Dinas Pertanian Kelurahan Setu dan Kecamatan Cipayung. Untuk menambahnya secara mandiri, butuh dana 300-500 ribu rupiah per unit Mini Komposter.
“Saat ini masih ada dua unit dan ditempatkan di dua tempat yang berbeda. Ke depannya akan kami tambah tiga unit lagi. Dana masih dicari, baik dari Kas Bank Sampah maupun donasi. Lihat saja nanti, pasti terwujud,” pungkas Akustika.
Pertumbuhan pepaya California, terong dan singkong Sukabumi tampak subur berbuah banyak. Kenyataan ini membuktikan Mini Komposter sudah bermanfaat bagi Kebun Bergizi, dan tentunya juga bagi seluruh warga yang memanfaatkan hasil Kebun Bergizi tersebut.
 Contoh pupuk kompos di dalam Mini Komposter.
Jurnalis: Miechell Koagouw/ Editor: Irvan Sjafari/Foto: Miechell Koagouw
Lihat juga...