“Selama ini, janten yang ada di kebun jagung hanya dimanfaatkan sendiri oleh petani. Tapi, sekarang mereka menjualnya kepada kami untuk dijual ke sejumlah pasar tradisional,” terang Umar.
Setelah mengalami jatuh bangun selama beberapa tahun lamanya, kini Suyani merasa usahanya telah lebih dari cukup memberikan penghasilan. Meski enggan menyebut nominal omzet perbulannya, Suyani mengatakan dari hasil usahanya itu ia mampu membayar kredit kendaraan roda empat sebagai kendaraan operasional usahanya sebesar Rp. 6 Juta per bulan, dan membayar biaya sekolah anaknya sebesar Rp. 1,5 Juta per bulan.
Selain itu, Suyani juga tak lagi harus mengontrak rumah, karena dari usahanya itu ia sudah bisa membangun rumah sendiri, bahkan juga gudang penyimpanan serta lokasi pengupasan dan penyortiran janten sebelum dikirim ke sejumlah konsumennya. Umar mengatakan, jika ia pun sudah tidak menjadi pedagang sayur yang menjual ke konsumen di pasar atau dengan berkeliling kampung-kampung. Melainkan ke sejumlah pedagang besar yang memasok para pengecer di sejumlah pasar.
Jurnalis : Henk Widi / Editor : Koko Triarko / Foto : Henk Widi