Dari Pedagang Sayur Keliling, Suyani dan Umar Jadi Pemasok Pedagang Besar

Bermula dari menjual sayuran ke pedagang besar itu, Suyani dan suaminya mulai mendapatkan jalan kesuksesan. Dengan berjualan janten, omzet penjualannya meningkat pesat. Ia bahkan harus menyiapkan 2 ton janten sehari untuk memenuhi pesanan para pedagang kecil di sejumlah pasar tradisional di Bandarlampung dan Kota Cilegon di Provinsi Banten. Janten yang digunakan sebagai bahan masakan tersebut dijualnya seharga Rp. 35.000 untuk janten asalan, dan Rp. 50.000 untuk janten kualitas super per karungnya.

Janten ditimbang dan siap dikiirm.

Banyaknya pesanan hingga mencapai 2 ton pada musim tanam jagung, membuat Suyani harus mempekerjakan sekitar 10-15 orang untuk tenaga mengupas janten. Setiap orang yang membantunya, diberinya upah Rp. 5.000 per karung. Sebagian karyawan bekerja mengupas janten di rumah Suyani, namun juga ada yang mengerjakannya di rumah masing-masing. Salah-satunya, Sumini. “Jika sedang tidak ada pekerjaan, para ibu rumah tangga membantu kami, terutama saat belum musim tanam. Kalau musim tanam, sebagian ibu rumah tangga memilih menjadi buruh tanam padi dan jagung,” ungkap Umar.

Selain menjual janten, sisa kulit janten yang dikumpulkan juga masih bisa dimanfaatkan dan laku dijual sebagai pakan ternak. Satu karung kulit jagung muda laku dijual seharga Rp. 10.000 per tiga karung. Daun jagung muda bahkan selalu habis dipesan para peternak sapi, dan hasil penjualannya cukup untuk membayar upah tenaga kerjanya.

Tentu saja, Suyani dan suaminya tak hanya menjual janten. Namun juga sayuran dan bumbu seperti sawi, kangkung, bayam, kacang panjang, tomat dan cabai. Namun, beberapa jenis sayuran tersebut ditanam oleh sebagian petani pada musim-musim tertentu, sehingga tidak bisa dipasok secara rutin. Namun demikian, usaha yang ditekuni Suyani bersama suaminya terus bisa berjalan setiap hari, dan turut memberi berkah bagi para petani jagung dan tetangga yang bekerja di tempatnya.

Lihat juga...