Merayakan Kebhinnekaan Bersama Para Sopir di Bandara Frans Seda Maumere

KAMIS, 1 DESEMBER 2016
MAUMERE—Kegelisahan anak negeri pada persoalan terusiknya rasa persatuan dan kesatuan, bermuara dari kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama atau kerap disapa Ahok hingga demo besar-besaran menuntut proses hukum atas kasus ini perlahan mulai merambat ke daerah.

Hampir di setiap pelosok negeri, bukan hanya di kota besar namun di pelosok desa seperti di NTT, kasus Ahok menjadi bahan pergunjingan. Pro kontra terjadi. Ini yang menjadi ketakutan bagi sekelompok anak negeri di pelosok Nina Tana Sikka, Flores NTT.

Berkaca dari kekhawatiran akan tercerai berainya bangsa ini, runtuhnya rasa nasionalisme dan pudarnya semangat Bhinneka Tunggal Ika, membuat para sopir travel bandara Frans Seda Maumere menggelar doa bersama dan aksi seribu lilin guna memantik tekad bahwa semua anak bangsa satu, NKRI harga mati.

Ada yang beda pada malam kemarin, Rabu (30/11/2016). Sejak sore, ruas jalan El Tari depan dipadati puluhan mobil pribadi yang kerap mangkal di bandara Frans Seda Maumere mengangkut penumpang. Batang bambu yang diikat bendera Merah Putih dipasang menjulang bersilang di jalan sepanjang ± 300 meter. Tepat pukul 19.00 WITA, lilin-lilin yang diletakkan di kedua sisi taman bunga di jalan protokol mulai dinyalakan. Lagu-lagu kebangsaan mulai didendangkan oleh paduan suara dari anak-anak sekolah seminari  Maria Bunda Segala Bangsa. Aksi doa bersama ini pun diisi pula dengan orasi kebangsaan dari pendeta Diana Bambi STh mewakili umat Kristen Protestan, Pater Alek Jebadu, SVD sebagai perpanjangan tangan umat Katolik, serta Ustad Abdul Aziz dari GP Ansor Sikka, wakil dari umat Muslim.

Lihat juga...