Filosofi Tukang Sayur Keliling, Kesahajaan Berpadu Kejujuran

Berangkat pukul 04:00 WIB pagi, setiap hari Suhadi akan menuju ke sejumlah pasar yang ada di wilayah Palas yang memiliki sejumlah pasar tradisional di antaranya Pasar Sukaraja, Pasar Palas Bangunan, Pasar Simpang Kenaat, Pasar Blangah yang masih bisa dijangkau untuk kulakan atau membeli barang belanjaan. Beberapa barang yang rutin dibeli untuk dibeli kembali di antaranya sayur, lauk, yang disukai oleh kaum ibu rumah tangga mulai dari sayuran hijau siap masak, ikan laut, kerupuk, bahkan sebagian membawa jajanan pasar. Setidaknya, Winarso mengaku, menjual lebih dari 30 item barang dagangan yang akan dibawanya keliling. Sebagian dibungkus dalam plastik-plastik yang siap dijual. Seusai membeli barang tersebut, ia akan kembali ke rumah untuk meletakkan sayur yang siap jual tersebut di dalam rombong (wadah kanan kiri terbuat dari bambu yang diletakkan di kendaraan roda dua). Dibantu sang ibu, ia mulai menata semua barang dagangan yang ia jual untuk berkeliling ke sejumlah pelanggan di desa-desa yang dilaluinya.

Pekerjaan sederhana berjualan sayur yang dilakukannya bukan tanpa hambatan. Menggunakan kendaraan roda dua yang terkadang pecah ban, masalah mesin dengan kondisi kendaraan yang tidak prima terkadang membuatnya harus memperbaiki kendaraan yang berarti akan mengurangi waktu untuk berkeliling. Ia sengaja berangkat sekitar pukul 05:30 WIB untuk menyisir beberapa kampung sebagai penjual sayur keliling yang sudah ditunggu oleh kaum ibu yang hendak memasak untuk keluarganya. Berangkat pagi juga menjadi harapan baginya untuk bisa menghabiskan dagangannya sehingga bisa pulang lebih cepat dengan kondisi barang dagangan terjual habis maksimal sekitar pukul 10:00 WIB atau paling lambat pukul 11:00 dirinya kembali pulang ke rumah.

Lihat juga...