Filosofi Tukang Sayur Keliling, Kesahajaan Berpadu Kejujuran

Tolong menolong hanyalah sebagian dari jiwa sosial para pedagang sayur tanpa memandang rivalitas atau persaingan. Dalam beberapa kasus, Suhadi bahkan mengaku, pedagang lain yang terlebih dahulu berangkat saat di jalan mengalami insiden barang dagangan jatuh secara tak sengaja atau karena kondisi jalan tidak bagus barang dagangan tercecer. Bukannya membuang atau mengambil untuk dijual kembali, Suhadi atau pedagang lain akan memungut barang dagangan yang jatuh dan memberikannya kepada pedagang lain yang merasa kehilangan barang dagangan tersebut. Meski penemuan tersebut akan menjadi keuntungan baginya namun ia masih mengingat keuntungan tak seberapa dari berjualan sayur yang dijalani para penjual sayur tersebut.

Meski keuntungan sedikit dan lama-lama ditabungnya untuk membeli kendaraan roda dua yang akan digunakan sebagai sarana berjualan sayur, keuntungan semat- mata bukan jadi tujuan. Rasa gotong royong dan masih mempertahankan kejujuran sesama pedagang sayur keliling masih dipegang. Bahkan rasa tepo seliro tenggang rasa diberikan kepada ibu rumah tangga langganan yang belum bisa membayar sayur yang dijajakan karena belum memiliki uang dan baru bisa dibayar pada hari berikutnya. Sistem bon atau hutang masih lazim dilakukan dan kondisi tersebut tidak membuatnya menggerutu. Selain sebagian kaum ibu masih ada yang berhutang terkadang ibu-ibu yang cerewet karena kenaikan harga sejumlah sayuran yang naik sekitar Rp 1.000 bisa menjadi perdebatan karena sudah dinaikkan dari pasar. Harga yang naik tersebut harus disampaikan dengan sabar agar kaum ibu yang berbelanja menerima.

Kehidupan tukang sayur keliling yang bersahaja setidaknya menjadi sebuah pekerjaan yang ditekuni Suhadi hingga kini. Memberi nafkah bagi anak dan isterinya dan menjadi jalan untuk melatih kejujuran dan kesabaran, mengenal banyak pembeli dengan berbagai karakter. Selain itu mata pencaharian yang dijalani tersebut bisa dijalankan setengah hari dan dirinya bisa melakukan pekerjaan lain setelah proses berjualan selesai. Sebagian barang yang tak habis terjual sebagian dijual di warung yang dikelola sang ibu dan ia melanjutkan pekerjaannya dengan memelihara kambing. Kesahajaan tukang sayur yang masih ada dan filosofi kejujuran dan kesederhanaan yang mulai pudar dalam kehidupan sehari hari.

Jurnalis: Henk Widi / Editor: Satmoko / Foto: Henk Widi

Lihat juga...