Jurnalis: Koko Triarko / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Koko Triarko
YOGYAKARTA — Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, dalam kunjungan kerjanya di berbagai tempat di Yogyakarta, Sabtu (13/2/2016) juga sempat mengunjungi Kelompok Tani Ikan Mino Mulyo di dusun Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Kelompok Tani Ikan di dusun tersebut telah mampu mandiri pakan, sehingga tidak tergantung kepada pakan pabrikan.
Kelompok Tani Ikan Mino Mulyo, merupakan salah satu kelompok tani yang mendapatkan bantuan alat mesin pencetak pelet ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Meski baru dua bulan berjalan, alat tersebut terbukti mampu menekan biaya produksi budi daya ikan secara signifikan. Untuk itu, pemerintah melalui bidang terkait akan terus memberikan dukungan terhadap upaya pakan secara mandiri.
Melalui program GERPARI atau Gerakan Pakan Ikan Mandiri, pemerintah bahkan akan menambah jumlah anggaran untuk program GERPARI tersebut, dari yang di tahun 2015 sebesar Rp. 58 Milyar, akan menjadi Rp. 120 Milyar di tahun 2016.
Demikian diungkapkan Titiek Soeharto, usai mengunjungi sekaligus memantau pemanfaatan program alat mesin pencetak pelet ikan yang dikelola oleh Kelompok Tani Ikan Mino Mulyo. Titiek yang dalam kunjungan itu didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sleman, Widi Sutikno serta sejumlah pejabat kedinasan terkait lainnya mengatakan, dengan adanya penambahan anggaran itu diharapkan kualitas pakan yang dihasilkan juga akan bisa sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan mampu pula memenuhi kebutuhan bagi para pembudidaya ikan lainnya.
“Dengan adanya GERPARI ini, juga diharapkan mampu menekan ketergantungan para pembudidaya ikan terhadap pakan pabrikan dan impor”, ujar Titiek.
Sementara itu, hasil kalkulasi pembudi daya ikan dengan membuat pakan pelet sendiri ternyata terbukti mampu menekan biaya produksi. Ketua Produksi Pakan Mino Mulyo, Agung Wahyudi Saputro, mengatakan, dengan tiga alat berupa pencetak pelet, pencampur adonan atau mixer dan penggilingan, pihaknya mampu membuat pelet ikan sendiri dengan bahan baku berupa tepung ikan, kedelai katul, mineral, minyak ikan, vitamin dan dedaunan seperti enceng gondok. Dalam satu hari, rata-rata ia bisa menghasilkan 1-2 Ton pelet ikan. Jumlah itu hanya mampu mencukupi kebutuhan anggota kelompoknya sendiri yang terdiri dari sekitar 20 kelompok tani.
Agung mengatakan, kelebihan pelet yang dibuat sendiri tersebut menjadi lebih murah, namun kandungan gizinya tidak kalah dengan pelet buatan pabrik. “Kalau harga pelet pabrikan harganya Rp. 9.800/kg, pelet buatan kami hanya Rp. 6.500/kg. Maka itu, dengan perhitungan tersebut, pakan pelet buatan sendiri mampu menekan biaya produksi budi daya ikan secara signifikan”, pungkasnya.