Melihat Lebih Dalam Nasib Pengungsi yang Dua Tahun ‘Ditelantarkan’

CENDANANEWS (Ambon) –  Dua tahun hidup mengungsi. Ribuan Warga Desa Negeri Lima Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku yang menjadi korban bencana alam jebolnya dam alami Wae Ela pada 25 Juli 2013 hingga kini hanya berharap bantuan sanak family. 

Kompleksitas masalah mulai dari ratusan anak-anak yang sekolah di tenda pengungsi, kesehatan dan lingkungan, kekurangan air bersih, hingga keterbatasan ekonomi kini masih mendera ribuan jiwa warga Desa Negeri Lima di tenda pengungsian. baca juga : Ratusan Anak di Maluku Tengah Sekolah di Tenda Pengungsi

Masalah besar ini patut dijawab dan menjadi perhatian serius dari semua pihak, terutama Pemerintah Pusat(Pempus).
Rata-rata para pengungsi Negeri Lima selaku korban bencana alam dua tahun lalu itu, saat ditemui CND  secara langsung di camp-camp pengungsian mereka, Jum’at (3/7/2015), hanya berharap pemerintah pusat segera memperbaiki nasib mereka.
Pasalnya, musibah yang mereka derita termasuk bencana nasional. Dimana jebolnya dam alami Wae Ela telah membentuk padang tandus seluas 30 Hektar. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Tengah melalui instruksi mantan Gubernur Maluku, Karel Alberth Ralahalu, diberikan peran untuk menanganinya.
Hingga di masa Pemerintahan Said Assagaff (Gubernur Maluku) saat ini, nasib ribuan korban bencana Negeri Lima yang sudah didata oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dan dimasukkan ke Pemerintah Provinsi Maluku, untuk dilaporkan ke Pemerintah Pusat, belum juga mengalami perubahan.
Mereka masih hidup di tenda pengungsian di dua titik, yakni berbatasan dengan Desa Seith dan Desa Ureng Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
Kondisi sosial mereka patut diselamatkan oleh pemerintah pusat. Pasalnya, kepedulian Pemerintah Provinsi Maluku maupun Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah saat ini sangat minim, bahkan mengambang.
Soal bencana alam Negeri Lima pada 25 Juli 2013 hingga 2014 itu, media massa di Maluku-Kota Ambon, santer memberitakan masalah ini. Namun, kini nasib korban bencana alam Negeri Lima itu sudah jarang terdengar, perhatian pemerintah pun renggang.
Menapaki kondisi ribuan pengungsi korban bencana alam di Negeri Lima yang ditempatkan di dua area yang tidak jauh dari Dea induk mereka, wartawan CND memantau langsung Jum’at (3/7/2015) mengabarkan, untuk bertahan hidup saat ini mereka (pengungsi) hanya mengandalkan bantuan sanak family. Selain itu, dengan jalan melaut dan ke hutan.
Suken Soumena salah satu korban bencana jebolnya dam alami Wae Ela yang juga masih hidup di tenda pengungsian ketika diwawancarai di area pengungsian mengakui, untuk bertahan hidup saat ini mereka bisa mendapatkannya dari keluarga yang bekerja di kota.
“Memang kami mencari juga sendiri. Tapi saat ini tidak seperti sebelum bencana melanda kami,” tuturnya.
Lantas apa aktivitas keseharian saat ini, menurut Suken, hanya bisa melakukan hal-hal sederhana untuk makan dengan jalan berkebun juga ke laut mencari ikan untuk di jual.
Suken mengatakan, untuk membangun rumah kini mereka butuh bantuan dari sanak family. “Memang tahun kemarin (2014) ada bantuan BNPB, tapi per Kepala Keluarga hanya dapat 25.000.000. sampai sekarang sudah tidak ada bantuan lagi dari pemerintah,” ungkapnya.
Soal faslitas kesehatan, ada puskemas tapi sampai sekarang tidak difungsikan oleh pihak berkompeten.
“Kalau di antara pengungsi atau anak-anak yang sakit kita bawa ke puskemas atau rumah sakit yang terdekat. Untuk puskesmas disini ada tapi belum diaktifkan,” bebernya.
Ditempat yang sama, Ny. Onco Hutuely yang sempat diwawancarai media ini di Negeri Lima juga mengakui, mereka bertahan hidup dengan bantuan dari sanak family.
“Beruntung bagi mereka yang memiliki anak-anak yang sudah kerja bisa membantu, kalau bagi yang tidak maka harus banting tulang dengan jalan pergi ke laut juga ke hutan untuk menafkahi keluarga,” pungkasnya.

——————————————————-
MINGGU, 05 Juli 2015
Jurnalis       : Samad Vanath Sallatalohy
Fotografer : Samad Vanath Sallatalohy
Editor         : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-
Lihat juga...