Lembaga Sensor Film Luncurkan “Mama Culla”, Perkuat Budaya Literasi Penonton Bioskop

Turut hadir pada kesempatan ini antara lain Wakil Ketua LSF, Noorca Massardi; Ketua Komisi I LSF, Tri Widyastuti Setyaningsih; Ketua Komisi III LSF, Kuat Prihatin; dan jajaran LSF.

Turut hadir perwakilan dari Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia, mulai dari XXI, CGV, Cinepolis, hingga Kota Cinema.

Terinspirasi dari filosofi induk badak Jawa dalam melindungi anaknya, maskot baru LSF ini merepresentasikan peran seorang ibu yang penuh kepedulian, protektif, dan bijaksana.

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dipilih sebagai maskot LSF karena merupakan satwa endemik Indonesia yang dilindungi dunia sekaligus merepresentasikan nilai-nilai budaya sensor mandiri.

Filosofi yang melekat pada karakter badak Jawa selaras dengan visi LSF, diantaranya kekuatan, kekokohan, dan kecepatan yang merepresentasikan semangat pelayanan penyensoran dan percepatan sosialisasi sensor mandiri.

Telop yang dikemas ulang melalui serangkaian proses kreatif juga melibatkan 4 IP (Intellectual Property) lokal yang sudah cukup dikenal masyarakat: karakter Funcican (untuk telop klasifikasi usia Semua Umur), karakter Si Nopal (untuk telop klasifikasi usia R13), karakter Emak-Emak Matic (untuk telop klasifikasi usia D17), dan karakter Si Juki (untuk telop klasifikasi usia D21).

Penyegaran dengan menggunakan IP lokal dan disesuaikan dengan klasifikasi usia penonton merupakan upaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang klasifikasi usia dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat.

Peluncuran Maskot, ILM, dan Telop LSF diharapkan mampu menjadi simbol yang mudah dikenali publik, meningkatkan literasi sensor film, serta mengkampanyekan pentingnya penggolongan usia tontonan demi kenyamanan dan perlindungan masyarakat.

Lihat juga...