Lembaga Sensor Film Luncurkan “Mama Culla”, Perkuat Budaya Literasi Penonton Bioskop

“Dengan melibatkan Pionicon, Lola Amaria Production, Nikita Willy/NWIP Studio, Fan Cincang, Sinopal, Mak-Mak Metik, dan Si Juki, mulai 1 Januari (2025), masyarakat dapat menikmati Telop dan ILM yang tidak hanya formalitas, tetapi juga menarik, lebih segar, dan menghibur,” ujarnya.

Kolaborasi ini menurutnya juga menjadi dukungan terhadap karya intelectual property (IP) lokal melalui Maskot “Mama Culla”.

Mengusung nama Mama Culla yang merupakan akronim dari MAsyarakat sensor MAndiri: Sadar dan Cerdas Untuk MemiLah-MemiLih Film sesuai Klasifikasi UsiA, karakter ini digambarkan sebagai sosok ibu milenial (gen Y) yang dekat dengan keseharian masyarakat.

“Sebagai maskot gerakan nasional budaya sensor mandiri, yang memiliki filosofi dan makna perlindungan untuk kelompok rentan, khususnya anak- anak dari tontonan yang bermuatan isu-isu sensitif, kami tidak ingin kampanye sensor mandiri hanya hadir di bioskop, tetapi juga di ruang publik, termasuk bekerja sama dengan OTT, dan juga di media sosial,“ tegas Naswardi.

Albert Tanoso selaku perwakilan GPBSI pada kesempatan yang sama turut menyampaikan harapannya agar gerakan sensor budaya mandiri ini dapat membantu meningkatkan kesadaran para ibu muda.

Menurutnya bagi pengelola bioskop, berharap Mama Culla dapat menjadi maskot yang menjadi wajah edukasi tontonan ramah, lucu, namun tetap membawa pesan penting tentang bijak memilih konten film.

“Kami para pengusaha bioskop, para pembuat film, LSF, pemerintah, dan para penonton, kita semua memiliki peran yang sangat penting dalam membangun ekosistem perfilman. Semoga dengan peluncuran ketiga hal ini, LSF dapat semakin relevan, adaptif, dan komunikatif. Kami percaya bahwa menjaga kualitas tontonan bukan hanya tugas LSF saja, tetapi tugas kita semua sebagai masyarakat yang sadar akan pentingnya konten yang sehat dan mendidik,” pungkasnya.

Lihat juga...