Sleman – Di area utama Sleman City Hall, Minggu (16/11/2025), puluhan sangkar ayam tersusun rapi. Peternak dari berbagai daerah di DIY dan Jawa Tengah tampak memeriksa ayam mereka satu per satu sebelum penjurian dimulai. Suasana kompetisi terasa jelas sejak pagi.
Kontes ayam KT bertajuk Ngayogyakate Hadiningrat ini diikuti 56 peserta dengan sekitar 90 ekor ayam. Para peserta datang dari Magelang, Salatiga, Solo, hingga daerah lain di sekitarnya.
Ketua panitia, Ahmad Ramdan, menjelaskan bahwa perlombaan dibagi menjadi tiga kelas—lokal, impor, dan campuran—serta beberapa kategori seperti remaja jantan, remaja betina, jantan dewasa, dan betina dewasa.
“Lomba ini sekaligus untuk melestarikan dan mempopulerkan ayam KT sebagai ayam hias lokal Indonesia. Dulu ayam KT hanya dipelihara di kampung. Harapannya, setelah ada kontes seperti ini ayam KT bisa lebih dikenal nasional maupun internasional,” ujarnya.
Pada meja penilaian, dewan juri Agung Wahyu Prabowo memeriksa setiap ayam dengan metode standar.
“Penilaian meliputi bentuk kepala, jengger, vial, paruh, mata, leher, badan, ekor sampai kaki,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa ayam KT yang baik memiliki ciri-ciri antara lain jengger tegak merah dengan lima bintang, vial panjang tanpa cacat, paruh pendek, ekor tegak, serta kaki besar dan pendek.
“Dari setiap kelas kami mengambil juara satu dan dua,” katanya.
Di antara para peserta, Sudibyo, peternak asal Kulonprogo, menjadi salah satu yang menonjol setelah ayamnya, Cindelaras, dinyatakan sebagai juara. Ia mengaku rutin mengikuti kontes semacam ini.
“Saya senang karena kemenangan ini bisa membantu menaikkan harga ayam dan nama peternak,” ujarnya.