Seniman Serukan Kebudayaan Jadi Pilar Kelima Pembangunan Nasional
Maklumat tersebut ditandatangani oleh 17 seniman dan budayawan Yogyakarta:
Nasruddin Anshory Ch., Taufiek Rahzein, Erwito Wibowo, Sigit Sugito, Priyo Salim, Joko Juniwarto, Supriyatno Sensa, Emha Irawan, Devi Kusumawardhani, Agung Jaker, Danuri, Slamet Widodo, Edi Prasetya, May May, Yani Sapto Hudoyo, Sri Wahyuningsih, dan Bambang Haryana.
Mereka menyebut diri Sang Pewaris Waskita — para penjaga kebijaksanaan yang berkomitmen untuk menjaga nurani bangsa di tengah perubahan zaman. Sumpah Kebudayaan
Dalam bagian penutup maklumat, mereka menegaskan “Kami bersumpah bahwa kebudayaan adalah akar dari segala kemerdekaan dan keadilan sosial sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945. Kami akan menjembatani etika dan estetika agar manusia tak kehilangan makna.”
Sigit Sugito menutup kongres dengan kalimat yang menggema: “Kami tidak sedang menulis sejarah, kami sedang menghidupkan kembali nurani bangsa. Saatnya seniman menjadi penuntun, bukan penonton, dalam perjalanan peradaban.”
Maklumat Kotagede bukan hanya dokumen, melainkan seruan jiwa. Ia mengajak bangsa ini melambat untuk memahami, hening untuk mendengar, dan mencipta untuk memulihkan. Dari Kotagede, gema kebudayaan itu berangkat —menuju resonansi dunia.