Jadi apa standar kebenaran itu?. Yang selalu mampu mematahkan kejahatan. Yang selalu menemukan jalannya sendiri untuk memperoleh kemenangan?.
Al Quran menekanan bahwa kebenaran itu segala hal yang datang dari Tuhan. Allah Swt. “Maka kebenaran itu datang dari Tuhanmu, janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah: 147). Tidak memperturutkan hawa nafsu: “Sekiranya kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya…” (QS. Al-Mu’minun: 71). Berpihak pada keadilan: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri, atau ibu bapak dan kaum kerabatmu…” (QS. An-Nisa: 135).
Jadi standar kebenaran menurut Al-Qur’an ialah segala seuatu yang datang dari Tuhan, tidak memperturutkan hawa nafsu, berpihak pada keadilan. Bisa ditarik menjadi salah satu kesimpulan bahwa: “segala yang datang dari Tuhan, tidak memperturutkan hawa nafsu, dan keberpihakan pada keadilan, itu akan menemukan jalannya sendiri untuk menang.
Adapun menurut hadits, kebenaran itu “akhlak baik yang menenangkan hati”. “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik, dan dosa itu adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu dan engkau benci jika orang lain mengetahuinya“- (HR. Muslim).
Kebenaran itu juga mengikuti Sunnah Nabi dan jamaah yang lurus. “Barangsiapa hidup setelahku, maka ia akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
Kebenaran itu segala sesuatu yang datang dari Tuhan, tidak disandera hawa nafsu, berpihak pada keadilan, akhlak yang menenangkan hati dan mengikuti Sunnah Nabi. Itulah kebenaran yang akan menemukan jalannya sendiri untuk menang. Kita tinggal menunggang atau mengendarai kebenaran itu untuk menang. Melawan atau mengingkarinya, akan kalah.