Kepemimpinan: Islam dan Teori Modern

Menjadi teladan (uswah hasanah). “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswah hasanah) bagimu …” (QS. Al-Ahzab [33]: 21). “Siapa menyeru kebaikan, dapat pahala pengikutnya…” (HR. Muslim). Teori transformational leadership: pemimpin menginspirasi & meneladani.

Memudahkan, tidak menyulitkan. “Allah menghendaki kemudahan bagimu…” (QS. Al-Baqarah [2]: 185). “Siapa memudahkan urusan umatku, mudahkanlah dia…” (HR. Muslim). Teori human-centered leadership: teori kebijakan kebijakan pro-rakyat.

Menjaga persatuan umat. “Janganlah bercerai-berai…” (QS. Ali Imran [3]: 103). “Barang siapa hendak memecah jamaah, maka bunuhlah dia.” (HR. Muslim). Teori nation-building leadership: menjaga harmoni sosial.

Rendah hati, tidak sombong. “Janganlah berjalan di bumi dengan sombong…”. (QS. Luqman [31]: 18). “Pemimpin yang sombong tidak akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud). Teori humble leadership: merangkul rakyat.

Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. “… (orang-orang yang jika diberi kedudukan di bumi) mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar…” (QS. Al-Hajj [22]: 41). “Siapa melihat kemungkaran ubah dengan tangan…” (HR. Muslim). Teori moral leadership: menjaga moral publik.

Ketetuan ayat, hadist dan teori-teori itu bukti titik temu Islam dan modernitas dalam konteks kepemimpinan. Bisa menjadi pintu dialog antar peradaban. Islam menjadi sumber nilai pembangunan peradaban global. Bukan justru dikonfrontasikan. Dikesankan Islam sebagai musuh peradaban modern.

Tugas para cendekiawan muslim menjembatani Islam dan modernitas. Agar tidak ditutup oleh narasi-narasi konfrontatif yang memisahkan Islam dengan peradaban global.

Lihat juga...