Obituari Wina Armada Sukardi: Wafatnya Sang Tokoh

OLEH DODDI AHMAD FAUJI

Dalam pikiran saya, Pak Wina tetaplah orang baik dan dermawan. Saya katakan begitu, karena dalam beberapa penerbitan buku Pak Wina, harga yang saya ajukan sudah tergolong ekslusif, dan Pak Wina menyetujui ajuan harga tersebut.

Malah di akhir serah terima buku, Pak Wina mentransfer dana ucapan terima kasih karena saya telah bekerja keras dan mewujudkan buku antologi Pacul Berdarah, Puisi Serba-benda.

Juga ketika rumah mertua saya hancur lebur diterjang longsor Cipongkor pada Maret 2024, Pak Wina juga mengirimkan sumbangan.

Juga ketika novel Sang Tokoh diluncurkan, saya diminta jadi moderator, dan membaca puisi. Tentu semua itu ada honornya.

Pak Wina pernah pula mempersuasi saya, supaya kami punya perkumpulan berbadan hukum. Partey Penulis Puisi yang saya dirikan pada 2009, hingga sekarang bertahan sebagai organisasi tak jelas bentuknya.

Pak Wina saya minta menjadi Ketua, tapi Pak Wina tampaknya malu-malu untuk menerima permintaan tersebut.

“Cari dululah yang lain, yang kompeten, orangnya bersih, kalow bisa yang ternama,” katanya melalui telepon.

Di saat tercenung itu, Mas Gal yang menjadi fasilitator Galeri Jeihan, terlihat ada di beranda yang lain, sedang asyik ngobrol dengan sekian seniman, dan saya lihat ada Om Abah Tris, Doddi Eka Pratama atau Doddi Kiwari.

Saya pun segera merapat ke sana, bergabung, dan mencermati apa yang mereka obrolkan. Rupanya mereka sedang merencanakan suatu kegiatan terkait seni budaya di Kota Bandung.

Di tengah obrolan itu, saya tiba-tiba bicara tentang orang-orang yang meninggal, yang terkait dengan saya, salah satunya tentu Pak Wina yang baru berpulang.

Lihat juga...