Obituari Wina Armada Sukardi: Wafatnya Sang Tokoh

OLEH DODDI AHMAD FAUJI

Buku hasil seminar Satu Abad Pendidikan Tinggi Hukum di Indonesia diterbitkan oleh SituSeni, meski pihak Perpusnas selaku penyelenggara ISBN menyarankan buku tersebut diterbitkan oleh UI Press.

Tapi Pak Wina memilih SituSeni. Pilihan ini yang melahirkan musibah di mana saya dikibuli oleh seorang calo percetakan.

Buku yang mestinya ekslusif, hardcover, datang terlambat dan menjadi softcover. Pak Wina marah, tentu saya marah juga ke si calo.

[17.26, 14/6/2025] Wina Armada: Akibat buku ini manajemen Podcast Sembilan jadi belum dapat mendukung program-program kita yang lain.

[17.27, 14/6/2025] Doddi Ahmad Fauji: Iya, Pak, saya sudah berhenti, saya ada 3 rekanan, nah rekanan kedua ini, ternyata cetak di rekanan yg ketiga, yg hasilnya kurang bagus. Bagi saya ada hikmahnya, meskipun saya wartawan, ketika memasuki dunia bisnis, ternyata mudah dikibuli orang.

[17.28, 14/6/2025] Wina Armada: Sebagian besar wartawan kalo bisnis mudah dikibulin.

Dan entah kenapa, rekanan saya yang terpercaya, juga lambat menyelesaikan orderan perbaikan dari softcover ke hardcover. Hingga Pak Wina berpulang, buku tersebut belum selesai dikerjakan.

Dalam pada itu saya teringat ucapan Pak Wina, akibat buku ini lambat, manajemen Podcast Sembilan belum menyetujui segera dituntaskan program yang sedang berjalan, yaitu peluncuran buku hasil Lomba Piala Kebangsaan 2025.

Lewat telepon Pak Wina menuturkan, selesai dulu buku Satu Abad, baru beralih ke peluncuran dan pembagian hadiah Lomba Cipta Puisi.

Saya tercenung di serambi Galeri Jeihan, salah satunya teringat proses buku tersebut. Kenapa saya bisa terkibuli ya oleh calo?

Lihat juga...