Apa indikator memasukkan Presiden Prabowo sebagai ketokohan Babad Alas?.
Kita bisa melihat diantaranya dari kebijakan Danantara, MBG (Makan Bergizi Gratis), Koperasi Merah Putih. Tiga itu saja dulu.
Danantara, superholding, penggerak optimalisasi ekonomi bangsa. Anggaranya tidak di colect semata-mata dari pinjaman luar negeri. Atau dari investasi asing. Sumber-sumber konvensional itu juga sedang mengadapi kesulitannya sendiri. Anggaran Danantara di colect dari efisiensi kebocoran-kebocoran APBN.
Danantara diproyeksikan melakukan investasi proyek-proyek setrategis. Misalnya saja pembangunan kilang minyak yang baru. Konon modalnya memerlukan 100 T. Bisa memproduksi 1 juta barel perhari.
Proyek ini tidak bisa selesai dalam satu minggu atau satu bulan. Para pakar memprediksikan selesai dan operasional pada tahun ke enam dari sekarang. Presiden Prabowo mengajak “puasa”. Mengetatkan ikat pinggang. Untuk membangun kemandirian bangsa. Berbuka mulai pada tahun keenam kedepan. Kita menjadi bangsa swasembada energi.
Hentikan pesta pora hari ini, kita berlebaran mulai tahun keenam kedepan. Mungkin begitu jika dikemukakan dengan bahasa lugas.
Program MBG (Makan Bergizi Gratis). Bukan saja revolusi gizi masyarakat. Memberikan ketercukupan kebutuhan nutrisi bergizi pada generasi anak-anak pelajar. Agar bisa bersaing dalam kontestasi global pada masa depan.
Problemnya bukan saja kesiapan kelembagaan dan pendanaan. Melainkan kesiapan penyediaan bahan baku yang bisa dikelola masyarakat setempat. Perlu 700 ekor ayam perminggu pada setiap desa. Artinya butuh 100 ekor ayam per hari pada setiap desa. Juga butuh 82,9 butir telur perhari. Jika terdapat 83.971 desa di Indonesia. Maka rata-rata perlu 988 butir telor perdesa per hari. Belum kebutuhan sayur mayur dan beras.