Lantas apa kaitannya dengan Pilkada 2024?.
Pilkada ini menyisakan tiga zona pertarungan besar. Sebagai lumbung penopang suara nasional dalam pilpres. DKI Jakarta. Jawa Tengah. Jawa Timur. Ketiganya berpotensi menghentikan dominasi PDIP. Akar penyangga politik PDIP tercerabut.
Jika hal itu terjadi, corak idiologis “Prabowoisme” akan menguat. Melenggang tanpa penghalang.
Tidak dihadang lagi oleh idiologi romantisisme Sukarnoisme. Ialah politik jargon pro rakyat. Akan tetapi prakteknya pragmatis. Berselingkuh dengan KKN.
Ketika PDIP gagal di tiga provinsi itu. Atau setidaknya sedikt saja zona yang dimenangkan. Maka eksistensinya sebagai kekuatan dominan aka meredup. Akan mengalami kesulitan menandingi kemuculan Prabowo dengan Prabowoisme-nya.
Corak kekuatan politik baru pada sosok Prabowo terkonsolidasi dengan solid. Setidaknya untuk satu dekade mendatang. Menggantikan corak idologis era reformasi. Yang faktanya berselingkuh dengan KKN. Musuh rakyat. Musuh gerakan reformasi itu sendiri.
Penghalang tumbuhnya Prabowoisme tinggal menyisakan kebugarannya sendiri. Tampaknya ia pelihara kebugaran itu dengan baik. Sejak dilantik, ia bekerja maraton. Tanpa henti. Tidak bisa dihentikan.
Mungkin ini memang momentum “Dekade Prabowo”. Matinya pembajak-pembajak reformasi. Kita akan menyaksikannya bersama.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 21-11-2024.