Aspek rasionalnya dibentuk oleh sosoknya sebagai jenderal berwawasan dan berpergaulan luas. Baik nasional maupun internasional. Ia bisa melihat sepektrum nasional dan global untuk membuat pilihan-pilihan rasional, menjadikan Indonesia bangkit dan maju. Termasuk konsistensi padangannya bahwa korupsi menjadi penghalang kemajuan.
Ia juga memiliki jaringan sumberdaya manusia yang amat kaya. Baik dari kalangan intelektual maupun militer. Sebagai penopang tim kerja mewujudkan gagasan-gagasannya. Ia sendiri berakar dari keluarga intelektual kenamaan berjaringan internasional.
Maka ia akan bersikap pragmatis. Apa yang menjadi keuntungan bagi Indonesia, itu yang akan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Kemajuan Indonesia itu sebagai target pragmatis yang hendak diraih.
Corak idiologis Presiden Prabowo Subianto semakin tampak jelas dalam satu bulan sejak ia dilantik. Baik visi pembangunan. Maupun cara memaintain perkolegaan dengan negara-negara kunci dalam pergaulan internasional.
Idiologi pragmatis era reformasi mulai terlarut dengan corak idiologis Prabowo Subianto. Idiologi Prabowo itu juga merupakan harapan rakyat. Maka tingkat kepuasan terhadap Presiden Prabowo sangat tinggi.
Ketakutan politik pragmatis (parpol-parpol pragmatis) adalah ditinggalkan oleh dukungan rakyat. Ketika tidak bersahabat dengan idiologi baru yang diusung Prabowo. Atau memusui Prabowo. Dengan sendirinya akan dianggap sebagai kekuatan penyebab penderitaan rakyat.
Dianggap menghalangi upaya mewujudkan daulat pangan, energi, dan air. Dianggap tidak mendukung pemberantasan korupsi dan kejahatan. Dianggap tidak mendukung pencerdasan bangsa. Misalnya dalam kasus program Makan Bergisi Gratis (MBG).