Tarik Ulur Soekarno-Aidit: Halim 1 Oktober 1965

Tarik Ulur Soekarno-Aidit: Halim 1 Oktober 1965  

Presiden Soekarno meminta Ormar Dhani memanggil Soeparjo. Negosiasi Men/Pangab Pengganti Jenderal A. Yani. Presiden mengusulkan Mayjen Basuki Rahmat dan Pranoto. Sedangkan Aidit Cs, menawarkan Mayjen Rukmana dan mayjen Pranoto. Nama terakhir lebih diterima kedua belah pihak.

Pukul 16.00 WIB. Presiden menandatangani Perintah Harian. Menunjuk Pranoto sebagai pengganti Jenderal Yani. Dibuat rangkap empat. Satu diberikan Supardjo untuk diteruskan kepada Aidit. Kedua untuk disiarkan RRI. Ketiga diberikan kepada Mayjen Soeharto di Kostrad.

Perintah surat harian menandakan presiden masih efektif menjabat. Tidak lagi demisioner. Dibuktikan berlakunya surat perintah harian. Ditandatangani presiden. Dewan Revolusi diabaikan. Akan tetapi situasi menjadi cepat berubah. Pasukan Kostrad sudah siap tempur. Mayjen Pranoto Reksosamudro di konsinyir oleh Mayjen Soeharto. Kepemimpinan operasi di tangan Mayjen Soeharto.

Fase berikutnya peruntungan G30S/PKI memasuki masa surut. Obyek-obyek vital direbut Kostrad. Presiden Soekarno berhasil diyakinkan Mayjen Soeharto ke Bogor. Aidit melarikan diri ke Yogya.

Itulah tarik ulur Soekarno-Aidit. Halim tanggal 1 Oktober 1965.

 

ARS (rohmanfth@gmail.com), penulis buku: “G30S-PKI: Soekarno-Soeharto Berenang di Antara Dua Karang”. Jaksel, 01-10-2024

Lihat juga...