Presiden meminta Soepardjo menghentikan pertumpahan darah. Mengultimatum: “jika tidak bisa, Soepardjo akan dihabisi”. Dalam bahasa Sunda.
Pukul 10.30, Presiden Soekarno memerintahkan Brigjen Sabur membuat pernyataan. “Presiden dalam keadaan sehat wal-afiat dan tetap menjalankan tugas sebagai pimpinan negara.” Pernyataan itu dibuat bersama-sama Sabur dan Brigjen Soepardjo. Sabur mengirim salinan ke Mabes Resimen Cakrabirawa.
Pernyataan itu diblokir Aidit. Tidak diumumkan ke publik.
Aidit-Lukman-Njono justru menyiarkan Dekrit No. I/1065. Melalui RRI. Pukul 11.00 Wib. Tentang Pembentukan Dewan Revolusi Indonesia sebagai sumber dari segala sumber kekuasaan. Juga menyatakan Kabinet Dwikora Demisioner. Dekrit ini menganggap eksistensi Presiden Soekarno sudah habis. Dikudeta. Pada jam yang sama, Letkol M. Santoso, Kepala Staf Resimen Cakrabirawa mengadakan konferensi pers. Menyampaikan pernyataan Brigjen Sabur.
Pukul 12 presiden beserta sejumlah menteri kabinet mengadakan rapat Kabinet. Di kediaman Komodor Susanto. Terjadi dualisme pendapat. Leimena menyarankan megabaikan komplotan Aidit Cs. Oemardani justru menyarankan presiden mengikuti Aidit Cs.
Pukul 13.00 Wib, Aidit melepaskan blokade pengumuman surat penyataan Brigjen Sabur. Pernyataan itu disiarkan melalui RRI. Pukul 14.00 Aidit Cs mengeluarkan Dekrit Dewan Revolusi. Isinya pembentukan Dewan Revolusi. Susunan Dewan Revolusi dan penurunan pangkat di atas kolonel.
Mendengar Dekrit itu Presiden Soekarno marah. Presiden mengatakan: “aku tidak ingin dipaksa, ini kabinetku”. Menpangak Jendral Polisi Sutjipto Judodihardjo menyatakan: “ini adalah kudeta”.