Lima Skenario  Persiapan Kudeta PKI  

Agustus-Sepmtember 1965, merupakan hari yang sibuk bagi PKI. Rapat-rapat konsolidasi.

Kedua, propaganda publik. Dilakukan Aidit dan anggota CC Politbiro melalui ceramah dan media massa. Untuk mengesankan momentum revolusioner telah sampai puncak.

Kudeta PKI 1965 dibangun melalui “fatamorgana situasi revolusioner”. Berupa argumentasi dan justifikasi moral yang rapuh.

Berupa isu rencana kudeta Dewan Jenderal terhadap Presiden Soekarno. Pada tanggal 5 Oktober 1965. Rencana itu harus didahului PKI. Adanya dokumen Gilchrist yang dihembuskan sebagai bukti dukungan CIA terhadap Dewan Jenderal.  Adanya vonis medis oleh para dokter RRC bahwa masa depan presiden tidak akan berumur panjang.

Ketiga, membangun politik kesan. Gerakan mendahului Dewan Jenderal dikesankan merupakan perintah Presiden Soekarno. PKI menanamkan pemahaman: pembersihan Dewan Jenderal itu merupakan penyelamatan presiden dari coup Dewan Jenderal.

Partisipasi satuan-satuan pasukan militer terhadpa gerakan menjadi meningkat. Termotivasi spiritnya. Bahwa keterlibatan dalam gerakan itu untuk menyelamatkan Persiden.

Keempat, test case kesigapan pimpinan TNI-AD. Dihembuskan isu penculikan Dewan Jenderal tanggal 18 September 1965. Dilaporkan Jenderal S. Parman kepada Jenderal A. Yani. Tidak terbukti. Ternyata hoax.

Maka ketika antara tanggal 29 – 30 September Mayjen MT. Haryono menerima info serupa. Info itu tidak ditanggapi. Dianggapnya sebagai hoax pula. Ternyara gerakaan itu bener terjadi.

 

Kelima, netralisasi potensi penghambat gerakan. Rosamona dalam buku berjudul Matinja Aidit: Marsekal Lubang Buaja”, terbitan Inkopak-Hazera Jakarta tahun 1967. Mengungkapkan pengiriman 600 pejabat negara RI ke RRC. Untuk menghadiri undangan peringatan HUT Kemerdekaan RRC 1 Oktober 1965.

Lihat juga...