Habaib dan Problem Pembuktian

Kedua, akan ditempatkan reputasinya sebagai perusak eksistensi peradaban Indonesia. Oleh dua reputasi pemberontakan yang dikomando Aidid dan Muso. Keduanya merupakan ketua PKI. Disinyalir bermarga Baalwi. Dua peristiwa pemberontakan yang akan selalu dikenang dan diperingati rakyat Indonesia. Mengenang peristiwa itu akan selalu menghidupkan memori peran marga Baalwi.

Ketiga, akan ditempatkan reputasinya sebagai pembuat instabilitas bagi bangsa Indonesia. Oleh peristiwa historis yang tidak akan dilupakan masyarakat. Pemboman candi Borobudur. Oleh dua Habsi bersaudara. Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi. Bermarga Baalwi. Merupakan cerminan perusak dan pengganggu multikulturalisme Indonesia.

Keempat, akan selalu terkait atau dikaitkan dengan citra sebagai organisasi terlarang. Oleh peran keummatan-kebangsaan-kemasyarakatan melalui perwajahan FPI yang dibubarkan negara. Sebagai bertipikal kasar, intoleran, pemicu kegaduhan dalam berbangsa dan bernegara.

Kelima, akan selalu dicitrakan sebagai perilaku kebohongan publik. Oleh temuan bukti keterputusan nasabnya dari Rasulullah Saw. Berbeda dengan klaimnya selama ini: sebagai berdarah Rasulullah Saw,. Juga sikap aroganistik sejumlah tokoh Habaib yang akan terekam oleh publik secara terus menerus.

Kelima hal itu (setidak-tidaknya), menjadi pembangun citra buruk bagi Habaib. Sebagai peran antagonis dari kepentingan nasionalisme Indonesia. Sekuat apapun dibangun, citra sebagai tersambung nasab dengan Rasulullah Saw., tidak bisa menyelamatkan dari persepsi itu.

Satu-satunya cara menyelamatkan eksistensi Habaib adalah dengan pembuktian. Beraklak Islami. Berakhlak Rasulullah. Publik akan menerima akhlak itu. Terlepas dari pengakuan sebagai tersambung nasab kepada Rasulullah atau tidak.

Lihat juga...