Bukan hanya di Michigan, di negara bagian lain yang menjadi kubu utama Demokrat seperti Maine, New Hamshire dan Nebraska, Biden akan tumbang pula karena banyak pemilih yang akan melupakan orang tua yang sering lupa tersebut.
Petinggi Partai Republik mencium semua gelagat ini. Mereka berharap dan berdoa semoga rakyat Amerika melupakan perilaku buruk Trump yang sering tidak genah itu. Seperti ia pernah meminta para pendukungnya untuk menyerbu tempat bermukim para anggota Kongres, Capitol Hill, dan menggebuki siapapun penghuni yang ditemui di dalamnya. Tapi perilaku tidak senonoh yang disaksikan oleh manusia di muka bumi ini, termasuk oleh para sahabat atau peniru-peniru model politik Amerika, dihadang polisi. Berikutnya balik polisi yang menggebuki penyerbu gila tersebut sampai babak-belur dan sebagian ada pindah ke alam kubur tanpa sempat pamit kepada Trump dan keluarganya. Jadi bagi petinggi partai Republik, manusia pembohong yang paling tidak menghormati konstitusi negara mereka pun tidak salah untuk didukung asal menang. Mereka benar-benar mengenyampingkan apa yang disampaikan mantan pejabat sejawat Trump dulu seperti Wapres Mike Pence, Menlu Mike Pompeo, Menhan Mark Esper dan Penasehat Keamanan Nasional Robert O’Brien, yang demi kehormatan bangsa Amerika, kata mereka, maka satu-satunya makhluk yang perlu dijauhi dari Gedung Putih adalah Donald Trump.
Kondisi fisik Trump juga sungguh mengkhawatirkan, sama sebangun dengan Biden. Diperkirakan keduanya nanti setelah terpilih lebih banyak menghabiskan waktu mereka di tempat tidur, alih-alih menemui rakyat mereka.
Jika demikian tugas orang Amerika berikut adalah untuk mempersiapkan doa. Jika yang terpilih Biden, mereka akan berdoa siang dan malam agar presiden gaek ini selalu bisa bangkit dari tempat tidurnya untuk memikirkan Iran yang makin berani di Timur Tengah. Sementara Arab Saudi makin getol melangkahi sekutu dekatnya di Eropa dan terus bermain mata dengan Rusia dan China. Belum lagi China yang sudah terang-terangan mengirim senjata militer guna mendukung Rusia untuk menggencet negara nakal di halaman belakang negeri Presiden Putin itu, Ukraina.