SOEKARNOISME DAN SOEHARTOISME

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Adapun Marhaenisme adalah realitas ke-Indonesiaan. Merupakan tipikal pemegang alat-alat produksi akan tetapi skala sangat kecil. Seperti tukang, petani gurem, tukang becak, usaha mikro, dan lain sebagainya. Mereka ini bukan buruh. Akan tetapi sangat kecil kapasitas ekonominya.

Bagaimana mengangkat orang-orang kecil, atau dalam istilah bahasa Jawa disebut sebagai Wong Cilik inilah spirit ajaran Bung Karno. Kemudian disebut sebagai Soekarnoisme.

Ajaran Marhaenisme merupakan original ajaran Bung Karno. Sementara ajaran lain merupakan kontribusi kolektif banyak pihak.

Misalnya Pancasila. Walapun istilah Pancasila dilontarkan pertama kali oleh Presiden Soekarno, materi yang terdapat dalam UUD 1945 dan kemudian disahkan pada tanggal 18 Agutus 1945 merupakan kontribusi banyak pihak.

Presiden Soekarno sendiri gagal mempraktekkan Pancasila. Ia mengkontestasikan tiga idiologi. Nasionalisme, Agama dan Komunis atau dikenal dengan Nasakom. Berujung prahara bangsa pada tanggal 30 September 1945 atas pemberontakan PKI.

Begitu pula dengan gagasan Solidaritas Asia Afrika. Lebih merupakan karya Ali Sastroamijoyo. Maka Ali Sastro lah yang kemudian dipilih sebagai ketua Konfrensi dan Ketua Sekteratriat Bersama Asia Afrika.

Pada era pemerintahan Bung Karno sendiri ajaran marheinisme sebenarya baru bersifat slogan. Untuk membangkitkan spirit masyarakat yang baru lepas dari penjajahan. Perasaan inlander (rendah diri) itu dilawan dengan jargon-jargon kebangkitan wong cilik. Presiden Soekarno pun melekati pakaiannya dengan banyak tanda kepangkatan dan simbol militer. Untuk memberi rasa bangga kepada rakyatnya.

Lihat juga...