Muharram, Suro, Tonggak Peradaban

Merespon pejabatnya itu, Sayidina Umar mengumpulkan para sahabat terkemuka. Brainstorming. Membahas sistem kalender yang hendak dipakai. Beragam pendapat para sahabat bermunculan.

Ada yang mengusulkan momentum pengangkatan kenabian Muhammad SAW. Ada yang mengusulkan momentum hijrah rasul dari Mekah ke Madinah. Ada yang mengusulkan bulan Muharram karena merupakan momentum orang meninggalkan rangkaian haji. Ada yang mengusulkan bulan Ramadhan.

Sayyidina Ali RA, mengusulkan sejak hari pertama hijrah Nabi Muhammad SAW., meninggalkan Mekah. Tanah kemusrikan kala itu. Tempat di mana ajaran ilahiah yang dibawa Nabi Muhammad dimusuhi. Bahkan Nabi Muhammad sendiri disepakati harus dibunuh.

Sayyidina Umar menyetujui pendapat Sayyidina Ali itu. Kemudian disepakati bulan Muharram sebagai bulan pertama dan peristiwa hijriah sebagai tahun pertama.

Apa makna momentum penanggalan tersebut. Salah satu jawabnya terletak pada syair sholawat Tholaal Badru yang terkenal itu.

Thola’al badru ‘alainaa, min tsaniyyatil wadaa'”
Wajabasy syukru ‘alaina, maa da’aa lillaahi daa’
(Terbitlah purnama di atas kita dari arah saniyah Al Wada. Wajiblah bersyukur atas kita ketika seorang penyeru mengajak kepada Allah).

Ayyuhal mab’uutsu fiinaa, jìta bil-amril muthoo’
Anta ghoutsunaa jamii’an, yaa mujammalath thibaa’
(Wahai yang diutus kepada kami Engkau datang dengan perintah yang ditaati. Engkaulah pelindung kami, wahai yang indah budi)

Rasul Muhammad SAW. merupakan pembawa risalah kenabian. Guidance pembangunan peradaban ilahiah. Ajaran Islam. Untuk terwujudnya kebahagiaan ummat manusia.

Selama di Mekah, Rasulullah Muhammad SAW., relatif tidak bisa menyemaikan pradaban ilahiah yang dibawanya itu. Bahkan Rasul hendak disingkirkan, dibunuh, oleh tokoh-tokoh kafir Mekah. Ia kemudian diperintahkan Allah Swt untuk hijrah.

Lihat juga...