Tanggal 1 Muharram, atau dalam khasanah tradisi Jawa disebut tanggal 1 Suro, merupakan momentum tahun baru. Tanggal 1 Muharram merupakan momentum tahun baru kalender Hijriah bagi ummat Islam. Sedangkan tanggal 1 Suro diperingati sebagai awal tahun atau pergantian tahun dalam tradisi masyarakat Jawa.
Kenapa terdapat dua budaya dalam satu momentum pergantian tahun?
Adalah Sultan Agung. Penguasa Mataram. Pada tahun 1633 Masehi, atau pada tahun Jawa 1555, menyelenggarakan selamatan besar-besaran. Pada acara selamatan itu Sultan Agung mengeluarkan dekrit. Menetapkan satu Suro sebagai tanda Tahun Baru Jawa. Bersisiran dengan tanggal 1 Muharram Hijriah.
Praktek tradisi penanggalan Jawa tersebut tetap mengakomodasi sistem kalender yang sudah ada sebelumnya dalam tradisi Jawa. Seperti kombinasi hari pasaran dengan sistem kalender matahari. Termasuk penggunaan siklus windu dalam kalender.
Apa makna dari tahun baru tersebut?. Bukankah kalender hanyalah soal konsensus. Kesepakatan penanda waktu belaka?.
Penanggalan masehi menggunakan rotasi dan revolusi matahari (syamsiah). Tahun baru hijriyah menggunakan rotasi dan revolusi rembulan (qomariah).
Tahun baru masehi menjadikan kelahiran nabi Isa (walau tanggal pastinya kontroversi), sebagai penanda awal tahun. Sedangkan Kalender Saka, adalah sistem kalender yang diadopsi dari India.
Kalender Saka, merupakan penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Kalender ini dimulai dari tahun 78 masehi.
Bagaimana dengan kalender Hijriyah?.
Suatu riwayat mengemukakan bahwa korespondensi antara Ummar Bin Khattab, sebagai Amirul mukminin dilakukan tanpa catatan penanggalan. Melalui sebuah surat ia diingatkan pejabatnya atas perlunya penanggalan dalam surat menyurat.