Perempuan yang Membidik dengan Tangan

CERPEN SITI HAJAR

Aku menerka-nerka apa saja yang kulakukan sehingga menyebabkan orang gila ini menderita. Namun aku tidak menemukan petunjuk apapun, terlebih lagi pada orang yang tidak kukenali seperti dirinya.

Ah kalaupun benar aku adalah orang hina yang berbuat banyak dosa seperti yang dipikirkannya, lalu apa? Ada banyak orang yang lebih hina mengotori dunia ini, bahkan mereka sadar dengan perbuatan buruknya,

Namun, mereka tetap hidup nyaman tanpa ada yang mengganggu. Aku tidak terima jika hanya aku yang bahkan tidak tahu apa kesalahanku padanya harus mendapat perlakuan seperti itu.

Aku menghela nafas panjang menahan kesal. Seharusnya aku sadar bahwa orang gila memang tidak punya alasan untuk berbuat hal gila. Sejak awal ia memang hanya mencari-cari cara untuk mengalihkan pembicaraanku.

Aku merasa telah membuang waktu meladeni orang tidak punya pemikiran. Namun dengan jawabannya, cukup meyakinkanku kalau dia memang orang gila dan tidak harus aku pedulikan lagi. Seharusnya aku tidak perlu merasa terhina atau merasa tak dihormati oleh orang gila. Karena aku hanya ingin dihormati dan dihargai oleh orang-orang waras.

Pada hari-hari berikutnya, setiap pulang kerja aku pun melintas jalan itu dan kutemui perempuan gila itu tengah melakukan hal yang sama, membidikkan tangannya ke arah kepalaku, dan aku tak hendak mempedulikannya lagi.

Suatu hari saat melintasi jalan itu, perempuan itu tiba-tiba menghadang motorku yang membuatku tersentak dan harus menekan rem kuat-kuat agar tidak menabraknya. Aku kesal setengah mati dan segera turun untuk mengeluarkan caci maki padanya.

“Cari mati kamu!” begitu aku mengumpatnya.

Lihat juga...