Presiden Soeharto : ‘Aja Kagetan, Aja Gumunan, Aja Dumeh’

Sesuatu yang seolah-olah merupakan keistimewaan pada seseorang, tidaklah perlu pula menyebabkan kita heran. Tidaklah perlu kita terbelalak dibuatnya sampai mengucapkan “wah hebat sekali.” Kembalikanlah hal itu kepada Tuhan dan kita ‘aja gumunan‘ (jangan heran).

Kalau kita mempunyai kedudukan, kekayaan, mempunyai sesuatu yang lebih, janganlah lupa, bahwa sewaktu-waktu hal itu bisa berubah, kalau Tuhan menghendakinya. Sebab itu ‘aja dumeh’ (jangan mentang-­mentang) kedudukan tinggi, terus bertindak sewenang-wenang, ‘aja dumeh’ mempunyai kekayaan yang berlimpah-limpah, lalu lupa daratan.

Kalau saya mengenang penderitaan sewaktu kecil, sewaktu muda, saya akan bisa sedih dibuatnya. Tetapi kalau diambil manfaatnya, justru karena penderitaan saya sejak kecil itulah maka saya menjadi orang. Maka saya menjadi seseorang yang berpikir, yang mempunyai perasaan karena pernah menderita.

Memang, saya selalu ingat pada pengalaman dan kesusahan saya pada masa kecil, dan sebab itu saya menekankan pentingnya ‘tepa­salira‘ (hendaknya meraba pada diri sendiri). Sepantasnyalah rasa ‘tepa-salira‘ saya besar, disebabkan oleh penderitaan saya yang begitu besar.

Dengan sendirinya saya bisa merasakan betapa penderitaan orang lain. Dengan sendirinya saya bisa mengukurnya. Sebab itu pula timbul perasaan dan keinginan yang besar pada saya, supaya orang lain jangan sampai menderita. Sebab itu pulalah keinginan saya besar untuk menolong mereka yang terkepung oleh penderitaan. Begitulah saya bersikap sewaktu menjadi panglima, begitu pula sewaktu menjadi komandan terhadap anak buah. Begitu juga sampai menjadi presiden. Selalu saya usahakan sejauh mungkin, agar rakyat tidak menderita, setahap demi setahap.

Lihat juga...