Presiden Soeharto : ‘Aja Kagetan, Aja Gumunan, Aja Dumeh’
Presiden Soeharto dalam buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta, tahun 1982, hal 229-237 menuliskan pengalaman hidupnya, mulai dari pegangan hidup, kebiasaan sehari-hari hingga filosofi hidup. Berikut Cendana News akan memuat kembali beberapa alinia dalam tulisan “Renungan di Tengah Keluarga“:
Presiden Soeharto: Saya memilih tinggal di Jalan Cendana No. 8, di daerah Menteng dan tidak pindah ke Istana Merdeka. Saya mengambil keputusan ini bukan karena tidak mau, melainkan demi kepentingan dan kebaikan keluarga. Untuk kepentingan anak-anak, agar tidak terpisahkan dari masyarakat, saya memilih tinggal di luar Istana. Dalam pada itu saya sadar, sesuai dengan kedudukan saya, meski saya tinggal di rumah ini kebebasan kami tetap terbatas. Tetapi, pergaulan anak-anak saya tentu masih lebih bebas daripada kalau mereka tinggal di Istana.
Saya mengasuh keluarga, anak dan istri saya. Seorang istri pendamping dan pembantu saya yang terdekat, paling setia, dan tak ada yang lain. Hanya ada satu Nyonya Soeharto, dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada, akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah Tangga Soeharto.
Sebagai seseorang yang percaya kepada Tuhan, saya berpendirian, orang tua itu memikul suatu amanat Tuhan untuk menjadi perantara dalam melahirkan manusia-manusia yang diciptakan Tuhan. Orang tua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya. Untuk mendidik mereka sedemikian rupa sehingga mereka juga menjadi orang-orang yang takwa, yang beriman kepada Tuhan. Pengertian saya, takwa, iman kepada Tuhan adalah selalu berbuat baik. Baik untuk dirinya sendiri, untuk keluarga maupun untuk sesamanya. Saya membekali keluarga saya dengan budi pekerti. Lantas dengan kepandaian. Saya lebih mementingkan hal itu daripada membekali mereka dengan harta benda.