Menebak Arah Pendulum Dukungan Capres 2024 Bagian 1
Oleh: Abdul Rohman
Langkah Habibie cukup berhasil. Dolar kembali turun ke angka kisaran Rp6.000.
Keberhasilan itu debatable. Menurut Menteri BUMN pertama Tanri Abeng, keberhasilan mengendalikan dolar sebenarnya sudah dipersiapkan Presiden Soeharto sejak lama.
Tanri ditugasi Presiden Soeharto untuk memobilisasi BUMN sebagai instrumen “perlawanan” terhadap pelemahan rupiah.
Keberhasilan itu tidak dinikmati Presiden Soeharto, karena sudah menyatakan berhenti dari jabatannya.
Untuk memperoleh simpati publik dan melepaskan diri dari stigma otoritarianisme Orde Baru, BJ Habibie membuka kran demokrasi dan kebebasan media secara besar-besaran.
Para tapol dibebaskan. Ia menekankan di mana-mana, bahwa dirinya seorang demokratis. Didikan barat. Beda dengan Orba.
Mantan Presiden Soeharto pun diseret-seret ke pengadilan. Dibuktikan perilaku korupnya. Ternyata setelah dua dekade lebih, tidak ada putusan pengadilan yang membuktikan itu semua.
Tudingan pelanggaran HAM oleh pihak asing soal Timor Timur direspon Habibie tanpa kalkulasi mendalam.
Menurut Mantan Menlu Ali Alatas, soal Timor-Timur sudah mendekati berhasil dalam lobi-lobi internasional.
Keputusan emosional Habibie membuyarkan langkah-langkah diplomasi sebelumnya.
Agar Indonesia tidak dianggap lagi sebagai pelanggar HAM, Habibie menerima tantangan internasional untuk menggelar referendum.
Lepaslah Timor-Timur dari NKRI. Sejarah aspirasi tuntutan integrasi oleh tokoh-tokoh Timor-Timur kepada Indonesia tidak dianggap lagi.
Upaya keras Habibie meyakinkan publik, bahwa dirinya menjadi sosok paling layak dalam kepemimpinan masa depan Indonesia tidak membuahkan hasil.