Menebak Arah Pendulum Dukungan Capres 2024 Bagian 1

Oleh: Abdul Rohman

Presiden Soeharto tidak perlu waktu lama merespon itu semua. Ia menanyakan ke semua pihak, tokoh-tokoh bangsa yang bisa diajak bicara.

Dua pertanyaan, “Bagaimana caranya turun, dan bagaimana tidak menyisakan kekisruhan bangsa?”

Sebagian pihak meminta pembentukan komite reformasi (semacam presidium), sebagian pihak menuntut perombakan total.

Mekanisme teknisnya, satu sama lain saling berebut untuk diterima sebagai solusi.

Sementara gejolak akibat krisis ekonomi sedang melanda. Bangsa tidak boleh berdebat terlalu lama soal-soal teknis.

Presiden Soeharto kemudian mendudukkan tarik ulur berkepanjangan itu kepada UUD 1945 sebagai konsensus.

Ketika presiden berhalangan tetap, maka wakil presiden yang melanjutkannya.

Naiklah Wapres BJ Habibie secara otomatis sebagai pengganti Presiden Soeharto.

Ia dipanggungkan ke dalam puncak sejarah bangsa bukan oleh proses dukungan publik.

Melainkan oleh posisi jabatannya yang secara otomatis berada dalam jalur suksesi menurut UUD 1945.

BJ Habibie naik menjadi presiden dikatrol oleh Presiden Soeharto.

Masa Pemerintahan BJ Habibie

BJ Habibie sosok teknokrat-cendekiawan jenius jebolan Jerman. Lama dalam kabinet Presiden Soeharto dan menguasai problem pembangunan bangsa.

Sebelum menjadi wapres, ia mengendalikan pengembangan industri-industri strategis berbasis tekonologi tinggi.

Ia sosok trend setter kaum cendekiawan yang kepakarannya digandrungi banyak orang kala itu.

Kelemahan BJ Habibie terletak pada akar penyangga politiknya yang keropos.

Ia hanya memiliki komunitas pendukung politik yang terbentuk secara instan melalui ICMI.

Walau direstui Presiden Soeharto, kemunculannya dalam baju ICMI dituding banyak pihak sebagai sektarian.

Lihat juga...