KENAPA MEMBELA PRESIDEN SOEHARTO?

Oleh: Abdul Rohman

Untuk menjustifikasi eksistensi kekuasannya, para mantan aktivis pemburu kekuasaan ini menjadikan glorifikasi keburukan Orde Baru dan Presiden Soeharto sebagai komoditas untuk mengais kepercayaan publik. Bahwa, dirinyalah sosok pembaharu dari keburukan masa lalu.

Glorifikasi keburukan Presiden Soeharto dan Orba dalam banyak hal melewati batas dan cenderung pembunuhan karakter.

Bahkan, untuk menutupi kelemahan rezim-rezim baru yang didukungnya, glorifikasi keburukan Presiden Soeharto/Orba menjadi pelarian.

Adanya fenomena itu memunculkan tuntutan rasa keadilan, khususnya bagi Angkatan 1998 yang tidak menjadi skrup sistem kekuasaan era reformasi. Dan, benar-benar menjadi saksi transisi dari era Orba dan reformasi.

Mereka memahami mana hal-hal baik di dua era itu dan mana yang tidak baik dari keduanya.

Berbeda dengan angkatan-angkatan setelahnya, yang  cara berpikirnya dibentuk oleh euphoria gerakan 1998, sehingga Orba dan Presiden Soeharto dalam pandangannya tidak ada yang positif.

Bagi kelompok ini (kelompok 98 idealis yang tidak menjadi skrup sistem kekuasaan era reformasi), ada ketidakrelaan bahwa presiden yang banyak jasa untuk bangsa itu, walaupun pernah dituntut berhenti, dijadikan alat pelarian apologi atas kegagalan atau kesemrawutan pengelolaan negara pascareformasi.

Kalau salahnya 20 persen, katakanlah 20 persen, jangan dilebih-lebihkan hingga 1000 persen. Begitulah logika kelompok ini.

Bagaimanapun, Presiden Soeharto merupakan anugerah Tuhan bagi bangsa ini.

Memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda. Hadir pada saat-saat genting bangsa seperti menjadi Komando Mandala perebutan Irian Barat.

Lihat juga...