Radikalisme Tanda Minimnya Pendidikan Spiritual
Berikutnya, kata dia, ialah kesadaran diri yang memiliki arti sebagai keterhubungan manusia dengan eksistensi dirinya sendiri, baik eksistensi terhadap yang ada di luar dirinya (kognitif), maupun kesadaran mengenai hakikat dirinya mulai dari siapa, dari mana, serta apa tujuan hidupnya.
Ke tiga, kesadaran kemanusiaan yang mempertegas, bahwa manusia itu saling terkait antara satu dengan yang lain, yang terbagi dalam aneka ragam agama, budaya, suku, etnis, bahkan karakter pribadi yang berbeda.
“Hal ini kemudian mengacu kepada hakikat manusia sebagai satu keluarga yang harus saling mendukung, saling menolong, serta saling mengasihi,” ujar dia.
Terakhir, yakni kesadaran alam sebagai bentuk kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari kehidupan di alam, baik dengan alam yang tampak di sekitarnya, maupun alam semesta yang luas (kesadaran kosmos).
Ia berharap, pendidikan spiritual dapat dilakukan sejalan dengan pendidikan agama.
Selama ini, menurut dia pendidikan spiritual kerap terabaikan sehingga agama hanya menjadi bentuk dogma dan ritual-ritual dalam masyarakat.
Ia berkata, agama tanpa spiritualitas bagaikan sebuah wadah tanpa isi, sebaliknya spiritualitas tanpa agama adalah isi yang tidak ditutupi wadah.
“Karena spiritualitas itu kurang diperhatikan, maka agama cenderung bisa menjadi radikal, (sehingga) ini menjadikan potensi konflik SARA di Indonesia menjadi tinggi.(Pendidikan) spiritualitas bisa menjadi solusi yang bisa (dilakukan),” tutur Subandi. (Ant)