Pengelolaan Air dan Tanah yang Baik Jaga Kelestarian Pertanian Berkelanjutan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Cegah longsor pada talud sawah berundak, Sumardi bilang kuncinya berada pada pengurangan bahan kimia yang dapat mengakibatkan akar rumput rusak. Sebagai penguat akar rumput tidak disemprot memakai herbisida. Gantinya ia menerapkan penyiangan rumput dengan cangkul, sabit.

Pertumbuhan tunas rumput baru sebagai sumber pakan sekaligus penguat talud sawah.

“Pola pertanian ramah lingkungan, sistem berundak menjadikan lahan miring tetap bisa digunakan untuk menanam padi,” ulasnya.

Pemanfaatan lahan miring pada perbukitan juga dilakukan petani di kaki Gunung Pancong. Salah satu gunung berdekatan dengan gunung Rajabasa, gunung Goci, Gunung Taman jadi sumber kehidupan petani.

Made Suwarno, petani di Desa Sumur, Kecamatan Ketapang mengaku memanfaatkan lahan perbukitan dengan menggunakan sistem terasering untuk budidaya pertanian jagung.

Sumarsih melakukan pengolahan lahan di Pasuruan, Penengahan, Lampung Selatan, Rabu (10/11/2021). Foto: Henk Widi

Penggunaan batu disusun cegah longsor, talud berundak sebutnya diperkuat dengan pohon. Jenis pohon kelapa, mangga dan petai kerap digunakan sebagai penahan longsor. Pemanfaatan air dilakukan dengan memakai selang untuk dialirkan ke bak bak penampungan. Irigasi memakai selang sebutnya menjadi sumber pengairan untuk lahan pertanian. Sebagian untuk menyirami pohon penguat cegah longsor.

“Gerusan oleh air menyebabkan erosi tanah, cara sederhana dengan menyusun batu dan menanam rumput penguat,” bebernya.

Penerapan pertanian berkelanjutan juga dilakukan Sumarsih, warga Desa Pasuruan pada lahan sawah. Alih alih menyemprot rumput, lahan sawah dibiarkan ditumbuhi rumput lebat usai panen.

Lihat juga...