Sejarah Panjang Pelabuhan Jepara yang Kian Terlupakan

Editor: Makmun Hidayat

Catatan sejarah menunjukkan Pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan utama dengan bandar terbesar di pantai utara Jawa dan memiliki armada angkatan laut yang kuat.

“Saat berkuasanya Islam di tanah Jawa, walaupun pusat pemerintahan semakin masuk ke daratan tapi Pelabuhan Jepara masih tetap menjadi salah satu pelabuhan utama,” paparnya lebih lanjut.

Hal ini terlihat dari data, bahwa pada masa Mataram Islam yang beribukota kerajaan di Yogyakarta, Pelabuhan Jepara menjadi satu-satunya pelabuhan yang diizinkan ekspor beras.

“Data juga menunjukan adanya pembangunan dinding kuat di Jepara, kubu pertahanan dan keberadaan meriam. Selain itu, pasar juga dipenuhi dengan etnis Jawa, Persia, Arab, Gujarat, China, Coromandel, Aceh, Melayu, Paguana dan beberapa etnis lainnya,” kata Dalhar.

Paska meninggalnya Ratu Kalinyamat, hubungan kurang baik dengan Pajang, menyebabkan Jepara diserang  dan jatuh pada tahun 1599.

“Walaupun Pelabuhan Jepara masih dalam kondisi baik tapi VOC memulai intervensinya. Dan pada tahun 1613, dengan alasan mengalami gangguan di Gresik, Gubernur Jenderal Jan Peter Both membangun kantor VOC di Jepara. Dan pada tahun 1615, VOC diizinkan oleh Sultan Agung untuk membangun loji sebagai wujud perwakilan perdagangan,” urainya.

Dan pada tahun 1680an, VOC berhasil mendapatkan konsesi dalam bentuk sewa dari Raja Mataram untuk mendirikan benteng.

“Konsesi ini diberikan oleh Amangkurat II sebagai imbalan penumpasan pasukan Trunojoyo Madura. Selain Pelabuhan Jepara, diserahkan juga Tegal, Semarang, Rembang dan Surabaya,” urainya lagi.

Pada tahun 1697, sedimentasi yang terjadi di Pelabuhan Jepara membuat peralihan ke Pelabuhan Semarang, yang posisinya lebih dekat ke Yogyakarta dan Solo.

Lihat juga...