Kakao di Sikka Terserang Busuk Buah Akibat Kurang Pemangkasan
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Pemangkasan berat biasanya di awal dan akhir musim hujan, tetapi pemangkasan ringan setiap saat. Tunas wiwilan, tunas sekunder biasa banyak dan petani jarang memangkasnya secara rutin,” ujarnya.
Aleks memaparkan, hasil pengamatan di kebun petani menunjukan adanya penurunan produksi sekitar 20 persen akibat serangan penyakit busuk buah.
Meski begitu sebutnya, petani masih mendapatkan pemasukan besar, karena harga jual kakao sedang tinggi di beberapa penampung hasil komoditi di Kota Maumere.
“Harga kakao per kilogram mencapai Rp32 ribu dan saat ini lagi musim kakao berbunga. Ada petani di Desa Bu Selatan masih raup pendapatan Rp20 juta sekali panen, meskipun terserang busuk buah,” ungkapnya.
Sementara itu, petani kakao di Kelompok Tani Murisama, Desa Bu Selatan, Kecamatan Tana Wawo, Fransiskus Masni juga membenarkan banyaknya tanaman kakao yang terserang penyakit busuk buah.
Masni mengakui para petani banyak yang sibuk membersihkan lahan karena sedang memasuki musim hujan sehingga tidak fokus melakukan pemangkasan pada tanaman kakao.
“Banyak petani sedang membersihkan lahan termasuk sibuk dengan tanaman di kebun lainnya sehingga jarang lakukan pemangkasan pada kakao. Ada juga petani yang memelihara ternak juga sehingga waktunya terbagi,” ucapnya.