Bisnis Bambu dan Rotan di Bandar Lampung, Prospektif

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Perabotan jenis tenggok, tampah, penutup nasi buatan Surahmin dijual mulai harga Rp30.000 hingga Rp50.000 per buah. Meski mendapatkan hasil hanya puluhan hingga ratusan ribu, ia mengaku pekerjaan itu jadi sumber penghasilan baginya.

Pantang baginya berpangku tangan tanpa bekerja sehingga usaha kerajinan bambu tetap jadi penghasilan utama.

“Sekarang sudah ikut anak namun saya tidak bisa diam, bekerja malah membuat saya tetap sehat dan menghasilkan uang,” ujarnya.

Asep Saepuloh, petani pelaku usaha jual beli hasil pertanian di Kelurahan Batu Putuk mengaku memakai peralatan buatan Surahmin. Setiap pekan ia memesan tali terbuat dari bambu tali untuk mengikat pisang, batang serai dan beragam bumbu.

Pengikatan batang serai memakai bambu tali dilakukan Asep Saepuloh di Kelurahan Batu Putuk, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Selasa (5/10/2021) – Foto: Henk Widi

Pesanan rombong berupa tempat mengangkut pisang pada motor dibeli seharga Rp150.000. Meski rombong dari kain mulai banyak digunakan ia tetap memesan buatan Surahmin.

“Warga di pedesaan masih memanfaatkan perabotan dari bambu, rotan dengan harga lebih ekonomis,” ulasnya.

Perabotan untuk berjualan di pasar paling banyak digunakan sebut Asep Saepuloh berupa tenggok. Tenggok merupakan wadah terbuat dari anyaman bambu hitam, bambu tali.

Kekuatan tenggok bisa digunakan untuk wadah pisang, sayuran yang dijual oleh sejumlah wanita pada pasar tradisional. Tenggok dan perabotan terbuat dari bambu jadi salah satu modal usaha bagi pelaku usaha jual beli hasil pertanian.

Lihat juga...